Lihat ke Halaman Asli

Sebab Saya Menolak Ceramah di Mesjid

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saya akui
Selain sebagai wadah meditasi bersama
Mesjid mempunyai peran yang tidak hanya ganda
Tapi juga multifungsi.

Mesjid bisa sebagai wadah pertemuan atau silaturrahmi sosial
Mesjid juga bisa menjadi pusat kegiatan masyarakat
Mesjid juga bisa sebagai wadah pendidikan
Baik untuk manusia dewasa apalagi terhadap anak-anak
Termasuk, mesjid sebagai ruang berbagi ilmu dan penghayatan
Baik terhadap ilmu agama maupun terhadap makna hidup
Dan juga mesjid bisa berfungsi sebagai wadah gosip kolosal

Yang menjadi masalah

Semua fungsi itu tetap dirangkum dalam satu pertemuan
Satu ruang satu audiens dengan keragaman fungsi dalam satu waktu
Akibatnya, ceramah di Mesjid menjadi tidak tepat sasaran

Sebagai contoh,
Bagaimana mungkin saya bisa ceramah tentang Teologi
Sementara yang hadir, mulai dari bayi sampai dengan para manula
Mulai dari para gelandangan sampai dengan para profesor
Mulai dari orang kelaparan, sampai dengan orang yang kekenyangan
Mulai dari orang tolol, sampai dengan orang yang sok pintar

Itu sebabnya saya lebih cendrung menyebut

Hakikat ceramah di Mesjid adalah untuk silaturrahmi
Sebagai wadah pertemuan dan peleburan kelas-kelas sosial dalam suatu masyarakat
Bukan sebuah wadah pencerdasan secara intelektual dalam arti sesungguhnya.
Jika itu tetap dilakukan, maka anak-anak dan para manula,
Hanya akan meribut dan mendengkur di sajadah
Itu sebabnya ustad yang hebat
Bukan ustad yang materi ceramahnya mendalam
Tapi adalah yang banyak humornya
Atau yang bisa memancing jamaah untuk menangis.

Betul?

Revo Sanjaya

.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline