Lihat ke Halaman Asli

Reny DwiKurniawati

NIM 191910501021

Kediri Booming Pasar Sor Pring

Diperbarui: 29 Oktober 2019   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasar Papringan Ngdiluwih | Sumber Primer

Kediri kini sedang boomingnya pariwisata kuliner pasar sor pring. Para daerah sedang berlomba-lomba untuk membuat pariwisata yang menarik minat pengunjung dengan menggabungkan kebudayaan di tengah tengah teknologi 4.0 yang sedang bergejolak. 

Kata pasar sor pring berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti "pasar" adalah tempat untuk melakukan transaksi jual beli antara penjual dan pembeli, "sor" yang berarti dibawah dan "pring" yang berarti bambu atau pohon bambu, jadi bisa di simpulkan bahwa pasar ini berada di bawah pohon bambu. 

Awalnya pasar sor pring ini terletak di Desa Ngadi, Kecamatan Mojo. Terbentuk dari inisiatif masyarakat untuk melestarikan budaya Jawa khususnya jajanan ndeso jaman dulu yang jarang ditemui sekaligus memanfaatkan kawasan pohon bambu untuk menjadi ciri khas.

Namun tidak perlu jauh-jauh datang ke Kabupaten Mojo karena di Kediri sudah dibuka pasar sor pring yang terletak di Kecamatan Ngadiluwih. Masyarakat di Kecamatan Ngadiluwih memanfaatkan lokasi yang sangat strategis untuk menciptakan pasar sor pring buatan mereka. Di Ngadiluwih sendiri terdapat 2 lokasi pasar sor pring yang pertama di Kecamatan Ngadiluwih yaitu pasar papringan Ngadiluwih dan yang kedua Pasar Papringan Pagak. Yang membedakan dari kedua pasar ini adalah tempatnya.

Pasar Papringan Pagak | Sumber Primer

Pasar papringan Ngadiluwih tereletak di belakang perkebunan rumah warga namun dekat dengan jalan raya dan berhadapan dengan lapangan, masyarakat biasanya menyebutnya lapangan persinga. Sedangkan Pasar Papringan Pagak terletak di desa Pagak, Kecamatan Ngadiluwih, lokasinya berada di pinggir Sungai Brantas. 

Dulunya daerah ini terdapat bebrapa warung kecil yang menjual olahan ikan hasil tangkapan yang bernama Warung Iwak Wader, namun sekarang berkembang menjadi pariwisata pasar sor pring.

Banyak kesamaan dari kedua pasar ini, mereka sama-sama menjual makanan jajan ndeso jaman dulu seperti, cenil dan lopis, gethuk, punten, tiwul, gatot, juga terdapat beragam jenis jamu, es dawet, dan berbagai makanan. Pasar ini buka dan ramai setiap hari Minggu, namun jika ingin mendatangi di hari-hari biasa juga masih ada namun tidak seramai hari minggu.

Yang menarik dari pasar ini adalah para penjulanya ada yang berdandan menggunkan baju khas orang dulu dengan menggunakan blangkon dan baju berkerah warna hitam coklat dengan motif garis-garis untuk laki-laki dan kebaya jaman dulu untuk penjual perempuan.

Harga yang ditawarkan para penjual cukup terjangkau mulai dari Rp.1000 sampai Rp.6000. Sehingga sangat cocok untuk kantong semua kalangan, akses untuk ke lokasi kedua tempat ini cukup mudah dan terjangkau, dapat diakses mengguakan sepeda motor dan mobil. Di sana juga disediakan tempat parkir yang luas. 

Untuk Pasar Papringan Ngadiluwih menggunakan Lapangan Persinga sebagai tempat parkir, sedangkan Pasar Papringan Pagak sudah disediakan tempat parkir yang luas.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline