Lihat ke Halaman Asli

Reiner Brabar

konten kreator

Pengunaan Koteka Didepan Presiden Jokowidodo Lecehkan Budaya Papua

Diperbarui: 10 Juli 2023   00:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para saat gunakan koteka dalam acara Street Papua Carnival (ist)

Pelecehan budaya masyarakat adat Lapago dan Meepago yang terjadi dalam event promosi karya kreatifitas anak muda papua yang dikemas dengan topik  "Street Papua Carnival" yang terlaksana  dipelataran bibir pantai Dok II Kantor Gubernur Papua pada 7 Juli 2023.

 Kegiatan tersebut merupakan kerja sama Papua Youth Creative Hub (PYCH) dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif  ( Kemenpakraf ) dimana ditampilkan karya-karya kreasi baru anak muda papua dalam berbagai bentuk dan kemasan antara lain, desain pakaian masyarakat adat dari 7 wilayah adat di tanah papua, busana kolaboratif kemasan hasil produk lokal kopi Wamena, ikan species khusus danau Sentani, daun pembungkus papeda, kreasi tifa ukuran besar, dan lain-lain.

Semua materi promosi berjalan baik , disambut hangat oleh Presiden dan para Menteri serta penonton lainnya. Namun giliran promosi busana adat masyarakat adat Lapago dan Meepago , suasana berubah menjadi bahan tertawaan. Hal ini terlihat dari wajah Presiden Jokowi berubah melepaskan senyum khasnya termasuk para Menteri serta semua yang hadir disana.

Mengapa suasana yang meriah itu  berubah menjadi bahan tertawaan ?

Penampilan busana koteka yang dipakai oleh peragawan tidak sesuai dengan tradisi masyarakat adat Lapago dan Meepago tidak sesuai dengan tradisi leluhur nenek moyang. Dimana seluruh tubuhnya dipoles dengan arang hitam pekat, kemudian memakai koteka ditancapkan dalam celana, dan berjalan lenggang lenggok didepan Presiden Jokowi sambil memegang kedua tangannya sebuah batang koteka yang dipakainya.

Paskalis Kossay, salah satu  tokoh masyarakat adat Lapago mengatakan  penggunaan busana koteka  oleh para peragawan yang tidak sesuai tradisi dan nilai budaya dalam event Street Papua Carnival sama artinya telah mengijak harga diri masyarakat adat Lapago dan Meepago.

"Harga diri dan martabat kita masyarakat adat Lapago dan Meepago diinjak -injak oleh sekelompok orang yang merancang event kontroversial ini," katanya.

Sebagai tokoh masyarakat adat Lapago, Paskalis mendesak Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreaktif dan pihak  Papua Youth Creative Hub (PYCH) bertanggung jawab memulihkan nama baik martabat serta harga diri masyarakat adat koteka Lapago dan Meepago dalam bentuk klarifikasi resmi dan permintaan maaf.

"Karena itu kita tidak mau tinggal diam , sementara harga diri kita dihina didepan publik apalagi didepan Presiden. Maka kita menuntut agar ada harga yang harus dibayar. Kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreaktif maupun pihak   Papua Youth Creative Hub (PYCH) untuk bertanggung jawab memulihkan nama baik martabat serta harga diri masyarakat adat koteka Laapago dan Meepago dalam bentuk klarifikasi resmi dan permintaan maaf," tegasnya.

 Street Papua Carnival (pasifik pos.com)

Cara pemakaian busana adat secara tidak tepat biasanya dikenal dengan Apropriasi curture. apropriasi budaya adalah perbuatan seseorang atau suatu kelompok yang meniru atau menggunakan budaya suatu daerah untuk kepentingan pribadi tanpa memahami dan menghormatinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline