Lihat ke Halaman Asli

La Ode Abdul Razak

Nama adalah Anugerah

Perlindungan Wanita terhadap Tindak Kekerasan Menjelang Pilkada

Diperbarui: 9 Juli 2020   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tepat tanggal 9 desember 2020 nanti  sebanyak 270 daerah di negeri ini akan mengelar pilkada secara serentak untuk menentukan bupati dan wakil bupati,walikota dan wakil walikota,serta gubernur dan wakil gubernur  di daerahnya tentunya hal ini menjadi hal yang dinanti-nantikan oleh masayarakat di seluruh pelosok negeri ini, di tengah pendemi covid19 yang semakin hari menunjukkan angka yang semakin meningkat.

Namun disaat pilkada jugalah sering terjadi keributan dan kekacauan yang melibatkan antara pendukung calon gubernur,walikota,dan bupati baik itu pada saat kampanye  ataupun sesudah hari pemilihan bukti bahwa penduduk negeri ini masih kurang sadar akan arti demokrasi secara jantan, Di mana deklarasi siap menang dan siap kalah hanyalah bumbu pemanis demokrasi.

Lalu apa hubungan meningkatnya kekerasan terhadap wanita menjelang pilkada 2020,sebenarnya masalah kekerasan terhadap wanita saat ini tidak hanya merupakan masalah individual,tetapi sudah merupakan masalah global. Di tengah intensitas politik yang meninggi pada saat ini bahkan tidak jarang wanita di jadikan sebagai penarik kaum adam untuk memperoleh sesuatu yang berhubungan dengan politik walaupun sebenarnya ada yang melakukannya karena kebutuhan ataupun  karena keadaan ekonomi.

Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa, akar terjadinya kekerasan terhadap wanita adalah ego seorang laki-laki yang telah membudaya (male domination culture). dalam struktur ini kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki untuk menyatakan rasa tidak puas,serta mendemonstrasikan dominasi semata-mata bahwa seorang laki-laki bisa mendominasi seorang wanita dalam segala hal.

Di tahun politik seperti sekarang ini tingkat kekerasan di daerah yang melaksanakan pilkada semakin mulai terlihat dimana jauh hari sebelum penetapan pasangan calon Black campaign telah terjadi bahkan di salah satu daerah di negeri ini,tagline baliho pun memicu permasalahan dan perdebatan yang tidak berujung, dan bahkan harus melibatkan unsur kepolisian untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Kenapa kemudian wanita menjadi Mahluk yang rentan menjadi sasaran kekerasan menjelang pilkada serentak tahun ini, ada beberapa hal yang menjadikan hal tersebut bisa saja terjadi yang pertama perbedaan pilihan ketika seorang wanita mencalonkan diri di suatu daerah maka akan banyak wanita-wanita yang akan menjadi simpati untuk memilihnya.

Tentunya hal tersebut karena persamaan gender dan semangat Kartini yang masih tersisa diantara jutaan kaum hawa di bumi pertiwi ini, dan terkadang hal itu menjadikan perbedaan pilihan antara seorang istri dan suami tentunya hal tersebut akan menjadikan perdebatan-perdebatan kecil dalam rumah tangga yang kemudian bisa menjurus kepada Kekerasan dalam rumah tangga karena faktor ego dari seorang pria  yang tidak terkontrol.

Yang kedua ketika si suami disibukan dengan politik maka otomatis si suami akan menjadi jarang di rumah,ketika berhadapan dengan istri yang pengertian tidak akan menjadi persoalan,namun ketika mendapatkan seorang istri yang cemburuan maka akan muncul benih-benih pertengkaran, dan apabila pertengkaran itu menjadi intes maka kekerasan terhadap  istri tidak menutup kemungkinan terjadi, apalagi suami yang  kecapean memikirkan strategi kemenangan, mendengar ocehan istri ,pikiran yang menumpuk,maka terkadang emosi seseorang menjadi tidak terkontrol.

Yang ketiga ketika istri terlibat aktif dalam politik, terkadang akan jarang pulang ke rumah dan bahkan banyak akan bertemu teman-teman baru dari berbagai kalangannya bahkan hal ini tak jarang sering terjadi perselingkuhan, ketika mendapati suami yang masih bisa bersabar mungkin hanya akan menceraikan istrinya namun bagaimana bila suami, Kemudian melakukan kekerasan terlebih dahulu kepada istrinya sebelum melakukan perceraian,sebenarnya banyak hal yang menjadi dasar kekerasan terhadap wanita menjelang pilkada,namun penulis, hanya mengangkatnya tiga topik tersebut sebagai hal pemicu timbulnya kekerasan kepada wanita.

Dari uraian diatas pergeseran pandangan telah terjadi secara drastis,semua kekerasan terhadap wanita di ujungnya merupakan persoalan yang begitu penting menjelang pilkada tahun 2020,penting kiranya agar lembaga yang berkewenanangan untuk memberikan pendidikan politik kepada wanita, untuk bersikap,berbuat,dan bertindak menjelang pilkada di tahun ini.

Dari uraian diatas telah nampak bahwa kekerasan terhadap wanita merupakan masalah interdispliner,baik politik maupun budaya,dimana terjadi kesenjangan antara laki-laki dan wanita,dan seharusnya negara kemudian hadir untuk memberikan solusi atas permasalahan ini.Dan yang lebih utama usaha peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness) betapa pentingnya usaha untuk mengatasi kekerasan terhadap wanita, karena bagaimanapun juga negara yang hebat adalah negara yang menghargai wanitanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline