Lihat ke Halaman Asli

Ratika Jihan Khairunnisa

Mahasiswi statistika

Nyala

Diperbarui: 15 September 2025   08:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Remah jiwa yang dikikis tangis
Seserpih raut dalam kalut yang bergeming kabut
Kejut dalam kemelut badai yang tak pernah surut
Bergantian menyapa, menyiksa, hingga menyisakan derita
Bila deru jiwa memanggil seonggok kehangatan
Justru bara api yang datang menyengat, membakar
Sedemikian tangan yang menyerukan pinta
Berujung pilu yang justru mengetuk di ujung doa
Laksana senyum yang terpasang ayu di wajah
Menyimpan duka yang tak terkirakan pedihnya
Hati yang berulang kali tercabik,
Mata yang berjuta kali dikeruk tangisnya,
Hingga tubuh yang mulai bergetar, memar, diselimuti nanar
Berdentuman suara-suara rintih, ngilu perih
Kuatlah, sebab badai tak selamanya menghantam
Tak selamanya ombak akan pasang
Dan tak selamanya langit akan mendung
Sejenak angin sejuk menyapa,
Ombak surut,
Lalu matahari bersinar cerah

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline