Lihat ke Halaman Asli

Toleransi: Merayakan Keberagaman di Bulan Ramadhan ini

Diperbarui: 31 Maret 2024   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumen Pribadi

      Bulan Ramadhan adalah bulan penuh dengan barokah. Umat Islam di seluruh dunia, menjalankan ibadah puasa selama satu bulan ini. Tak pelak umat Islam di dunia ini tersebar di berbagai benua dan tentu saja berbagai negara. Mereka menjalankan ibadah puasa dengan waktu tertentu. Negara satu dengan lainnya tentu saja berbeda. 


      Di Indonesia sendiri memiliki tiga pembagian waktu, WIB, WIT, dan WITA.
Sedari perbedaan waktu tersebut tentu saja kita memiliki perbedaan waktu dalam memulai ibadah puasa juga waktu akhir puasa atau waktu berbuka puasa.


      Untuk menentukan awal Ramadhan ini pun kita di hadapkan pada perbedaan. Baik dengan menggunakan metode Hisab atau Rukyah, keduanya memiliki dasar tersendiri. Sejak lama hal ini  telah terjadi. Menurut penulis, hal ini bukan lagi hal yang perlu diperdebatkan lagi. 

      Pemerintah dan salah satu ormas di negara ini, katakanlah Muhammadiyah memiliki penentuan tersendiri dalam menentukan awal puasa,kalender hijriyah dan juga tanggal penting lainnya berkaitan dengan hari besar agama.


      Dengan beragam perbedaan yang ada dalam pelaksanaan praktek ibadah keagamaan, tentu saja kita sudah seyogyanya juga memiliki toleransi              ( tenggang rasa), tepo sliro dalam bahasa   Jawa.


       Selain masalah praktek ibadah, ada begitu banyak cerita yang menarik untuk kita cermati tentang toleransi dan keberagaman yang ada di masyarakat. 

      Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, hal ini bisa penulis asumsikan kalau sebagai besar masyarakat yang menganut agama Islam juga menjalankan ibadah puasa. 

     Di dalam masyarakat sendiri terdiri dari beberapa strata sosial. Pembagian masyarakat berdasarkan profesinya atau lapisan pendidikan atau klasifikasi lainnya pada akhirnya akan mengerucut pada perkara pekerjaan dan masalah finansial. 

     Bagi sebagian masyarakat yang memiliki profesi wiraswasta atau pekerjaan kantoran, sangatlah memungkinkan untuk tetap menjalankan ibadah puasa dengan baik. 

     Pekerjaan kantoran memiliki jam kerja  kantor, sebaliknya para wiraswastawan memiliki jam kerja bebas, tak terikat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline