Ceudem sore-sore itu mulai kelelahan mewujud yang selama ini mengungkungi
Lalu anak-anak kemarin pagi yang berkerut dahinya didekap takut kembali berdendang
"Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur!" bunyi yang biasanya cuma sayup-sayup menggema dari surau desaku tetiba melangit bagaikan syuuuu... duarrr...-nya jangwey
Seribu sembilan ratus ampat puluh lima tahun lalu desaku isinya orang-orang kurus
Bukan sebab gizi buruk tetapi kelaparan bukti mereka bakal mahardika dari ceudem itu
Maka Allah mencipratkan sebutir keringat-Nya yang membuat daratan retak-retak dicumbu ijo royo-royo dan toto tentrem kertoraharjo
"Aku tidak pernah sedih meskipun kalian selalu lupa mahardika adalah atas izin-Ku," suara yang indah itu mengalir lembut dari seluruh pojok langit dari nurani Sang Khalik
Manusia yang bersorak-sorai sekejap terdiam lalu bersujud dan membalas, "Rabbana ma khalaqta haza batila. Innaka tukhliful mi'ad."
Mangunjaya, 15 Agustus 2025.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI