Lihat ke Halaman Asli

Puspaningrum ApriliaRahmawati

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Usiamu Bertambah

Diperbarui: 7 Juli 2025   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto bersama Yana

Tulisan ini dibuat dengan pengamatan sederhana, dibalut dengan rasa 'sok tau' penulis. Selamat membaca... 

Yana namanya. Tanah Sumbawa menjadi tempat yang sering ia sebut ketika orang-orang bertanya asalnya. Mungkin akan menjadi salah satu impianku esok untuk kesana. 

Aku mengenalnya di kampus ketika semester 2, tak sengaja kami berada dalam satu kelas. Menghirup atmosfer yang sama. 

Jika boleh ku deskripsikan, kulitnya yang sawo matang, terlihat indah ketika terkena sinar mentari. Putih dan rapi giginya, mengukir manis senyuman di wajahnya yang ekspresif. Matanya yang tak belo, terlihat sipit ketika ia tertawa. 

Aku belum terlalu mengenalnya. Hanya sering mendengar namanya ketika teman menyebut "itu lo Yana yang dari NTB". Bahkan ketika kami sudah berada dalam satu kelas yang sama, belum juga aku mengenalnya. 

Hingga pada hari minggu siang, aku pergi ke tempat tinggalnya. Tak sengaja, karena aku butuh bantuan darinya. Tapi siapa sangka, hari itu bertepatan pergantian umurnya. Rasa hati, seperti kami memang disengaja untuk bersama. 

Panjang cerita hari itu. Kami pergi mengabadikan memori sebagai mahasiswa, dengan menyimpan gambar dalam camera self studio. Kami berpose layaknya mahasiswa yang hampir lulus, padahal baru saja melangkah di tangga dunia perkuliahan. Tak mengapa, itulah cara kami bahagia. 

Dilanjut pada malamnya, kami pergi ke Fun City Point. Kami menghabiskan uang jajan kami, yang seharusnya dipakai untuk menambal liburan-liburan semester ini. Fakta yang tak mengejutkan, bahwa menghabiskan uang sungguh menyenangkan, syarat: "dengan siapa orangnya". 

Disinilah aku mulai mengenal Yana. "Ramah". Satu kata yang menggambarkan bagaimana ia bertemu dengan orang baru. Tak pelit ketika ia mengukir senyum di wajahnya. Siapa saja yang memperhatikannya, sudah pasti ia kembali sapa. Bahkan terhitung beberapa kali kami bertemu dengan anak-anak, tak ragu ia memeluknya. Mana mungkin aku bisa begitu?

Hal yang ia sukai adalah mengabadikan seluruh momen. Seharusnya kami menyewa videografer, agar memori ini tak hilang begitu saja. "Tolong videoin dongg Puspaa", "ihh lucuu pengen foto deh".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline