Lihat ke Halaman Asli

Purwanto Siagian

Bekerja sesuai naluri

Fenomena Jokowi dan Ahok

Diperbarui: 20 Mei 2016   17:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ahok tertawa antar Jokowi ke Singapura - m.tempo.co

Sudah hampir 2 tahun bergulir sejak pilkada 2014 fenomena tentang Jokowi dan Ahok tidak mereda di dunia maya. Informasi tentang 2 tokoh ini tidak pernah berhenti dibicarakan, baik di media sosial, di cafe, di lingkungan tempat kerja bahkan di pemukiman warga. Selalu saja ada "cerita" yang "hangat" membicarakan sepak terjang kedua tokoh ini.

Siapa yang menduga seorang Jokowi, yang katanya ndeso, krempeng, terkesan lemah akhirnya terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia Periode 2014-2019. Walau pada awalnya dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang, namun menunjukkan taringnya yang tajam dalam tempo yang sangat singkat tidak lebih dari 2 tahun saat ini, diapresiasi oleh banyak pihak. Kepiawaiannya dalam memainkan peran seorang pemimpin mendapat pujian dari berbagai pihak. Kecepatan bertindak dan mengambil keputusan tidak perlu diragukan lagi. Keberaniannya untuk tidak populer ketika harus mengumumkan kebijakan-kebijakan non populis diambilnya. 

Saya yakin pasti sudah diperhitungkannya dengan baik. Dimulai dari menghapus subsidi bbm, ketegasannya dalam menghukum mati para pengedar narkoba. Tidak main-main, walaupun WNA dan dari negara maju seperti Australia, Jokowi tetap tidak gentar untuk menjalankan hukuman mati. Strateginya yang jitu ketika ada yang mencatut namanya dalam kasus "papa minta saham". Juga kehebatannya menutup petral. Pembangunan infrastruktur dimana-mana. dan lain-lain...dan lain-lain... Dalam hal integritas dan kesederhanaan Pak Jokowi pantas di contoh oleh semua petinggi-petinggi negeri ini, sebut saja bagaimana seorang Jokowi di Jalanan tanpa Sirene Baca juga tulisan: kompasiana.com/Purwanto_9gian/Pak Jokowi dengan Sirene

Demikian juga dengan Ahok, walaupun area yg dipimpinnya hanya satu provinsi DKI Jakarta, fenomena nya tidak kalah dari Pak Jokowi. Kehebatannya dan keberaniannya sudah terlihat dan menjadi topik pembicaraan dimana-mana. Komitmen dan integritasnya serta pertaruhan nyawa nya untuk DKI Jakarta menjadi hal yang sangat jarang terucap dari seorang pemimpin di DKI Jakarta.

Disisi lain, para haters sangat membenci atau bahasa halus nya kurang menyukai Pak Jokowi dan Pak Ahok. Setiap mendengar dan atau membaca berita tentang kedua tokoh ini rasanya mereka muak dan ingin langsung counter back. Tentu mereka juga punya alasan mengapa harus membenci Jokowi dan Ahok. Banyak informasi-informasi yang mereka dengar dan atau baca tentang kedua tokoh ini. Sumbernya bisa dari macam-macam media. Baik yang valid dari sumber terpercaya maupun dari berita yang sekedar hoax

Mungkin juga karena pernah merasakan pengalaman kurang baik dengan kedua atau salah satu tokoh ini sehingga itu membekas dan menjadi akar pahit dan susah dihapus atau dilupakan begitu saja. Ada saja bahan cerita untuk counter back jika informasi tentang Jokowi dan Ahok terbaca atau terdengar oleh mereka. Akhhhh..... memang kedua tokoh ini hanya manusia biasa, tidak bisa menyenangkan hati semua orang. Bayangkan 250 juta jiwa harus disenangkan? Sungguh kesempurnaan hanya milik Allah (pinjam perkataan Dorce Gamalama).

Pertanyaannya sekarang adalah, "Apakah tidak ada sosok lain saat ini di Indonesia yang "pantas" disandingkan dengan kedua tokoh ini? Sebut saja Ibu Risma, Kang Ridwal Kamil, Pak Ganjar dan beberapa Bupati dan pemimpin daerah yang terlihat bagus dan punya integritas dalam memimpin daerahnya. Juga para Menteri-menteri Jokowi-JK, seperti Ibu Susi, pak Rizal Ramli, dll. 

Media juga memunculkan berita tentang prestasi demi prestasi mereka dan berharap banyak supaya banyak bermunculan tokoh-tokoh hebat seperti mereka di Negeri ini. Termasuk pahlawan-pahlawan kemanusiaan di berbagai pelosok nusantara ini. Beruntung ada program talk show di TV yang juga mengangkat berita tentang prestasi anak-anak bangsa yang patut dibanggakan. Kick Andy, Mata Nazwa adalah beberapa program yang saat ini konsisten menyuarakan dan menampilkan berbagai prestasi anak-anak bangsa.

Sosok pemimpin yang ideal sangat dibutuhkan di negeri ini. Jokowi dan Ahok serta beberapa nama yang muncul kepermukaan adalah anugerah buat Indonesia. Apakah kita sangat miskin dengan sosok leader? Padahal pelatihan kepemimpinan baik di dunia pekerjaan dan di lingkungan lainnya cukup sering dilakukan. Pemimpin yg sejalan kata dengan karya. Mengatakan ya diatas ya serta tidak diatas tidak. Yang mengenal serta mengerti kondisi rakyatnya. Tahu melakukan yang baik untuk rakyatnya. Tidak mengumpulkan pundi-pundi pribadi karena sebagai pemimpin tentu itu adalah panggilan dan amanah. Seorang yang dengan rela hati mengorbankan diri sendiri untuk kemajuan rakyatnya. Yang berani bayar harga demi jabatan yang diembannya. Yang memberikan contoh konkrit serta melakukannya dan menunjukkannya kepada rakyatnya. Tentu juga yang pintar, cerdas dan harus dipercaya karena integritasnya.

Sosok yang kita butuhkan itu bukan sosok yang instan, yang tiba-tiba muncul ketika menjelang pilkada. Muncul dipasar, muncul di penggusuran, muncul di lapangan secara tiba-tiba padahal sebelumnya tidak pernah nongol dan memberikan kontribusi sebelumnya untuk perbaikan negeri ini. Saya melihat rakyat sudah mulai pintar, belajar dari pengalaman, makin kritis, tidak lagi mau dibodohi, serta tidak mau lagi dibohongi. Sudah cukup lama kita di ninabobo kan. Sekarang saatnya rakyat menilai sendiri dan bersuara lantang ketika ketidakpantasan muncul tiba-tiba.

Sembari bersyukur akan tokoh-tokoh yang saat ini muncul sebagai pemimpin di daerahnya. Pesan Pak Jokowi pada penutupan Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) minggu yang lalu di Istana Negara sudah sangat jelas: Dia berharap, Para Gubernur, walikota, bupati dan pemimpin-pemimpin daerah dikenang oleh rakyatnya oleh karena perbuatan-perbuatan baik mereka demi kemajuan rakyat yang dipimpinnya. Kata-kata ini tentu sangat menusuk ke hati sanubari jika semua pemimpin daerah itu tahu betapa dalam makna kalimat Pak Presiden itu. Apalah artinya jadi Presiden, jadi Gubernur, Walikota, Bupati, jika kita tidak "dikenal" oleh rakyatnya, tidak dikenang karena seluruh karya baik yang kita kerjakan? Karena tidak ada yang abadi di dunia ini. Ada masanya untuk segala sesuatu. Periode jadi pemimpin sangatlah singkat. Kenapa tidak diisi dengan karya nyata dan baik? Semuanya untuk kebaikan itu kemakmuran rakyat. Setelah itu kita pasti dikenang. Diingat dan dihormati sebagai pahlawan dan itu akan abadi dan akan jadi sejarah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline