Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Sudah Benarkah Adab Kita dalam Menghormati Nabi Muhammad SAW?

Diperbarui: 9 November 2019   09:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Maulid Nabi Muhammad SAW (sumber gambar: wallpapersafari.com)

Kota Madinah dan Mekah terguncang hebat. Kabar berpulangnya Rasulullah SAW ke Rafiqul A'la menyebar dengan cepat, membuat banyak sahabat dan kaum muslimin menjadi resah dan gelisah, ditimpa kebingungan.

Pada hari itu, kaum muslimin di Madinah bagai orang yang kehilangan, melihat kiri kanan tapi mereka tidak menemukan bapak yang selama ini memenuhi kehidupan mereka dengan kasih sayang. Mereka tidak lagi melihat cahaya yang meliputi wujud mereka hingga terang benderang. Kaum muslimin seperti lupa daratan dan kehilangan kesadaran.

Tak terkecuali Umar bin Khattab r.a. Sahabat yang terkenal kukuh imannya ini tidak mempercayai berita yang ia dengar, bahwa Rasulullah sudah memenuhi panggilan-Nya dan pergi meninggalkan kehidupan dan semua yang hidup. Di hadapan khalayak ramai, Umar menghunus pedangnya sambil menyerukan,

"Beberapa oknum dari golongan munafik mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah wafat. Padahal demi Allah ia tidaklah wafat, hanya pergi kepada Khaliqnya sebagaimana yang dilakukan oleh Musa bin Imran.

Demi Allah, Rasulullah pasti kembali dan akan datang memotong tangan orang yang mengatakannya wafat. Ingatlah, siapa yang berani mengatakan bahwa Rasulullah SAW wafat, akan saya penggal batang lehernya dengan pedangku ini...."

Jika Umar bin Khattab kehilangan kesadaran seperti itu, bagaimana dengan kaum muslimin yang lain? Wafatnya Rasulullah merupakan peristiwa sekonyong-konyong dan tidak terduga sama sekali oleh kaum muslimin. Sekalipun sudah lama mereka mendengar kabar tentang sakitnya beliau. Namun, tidak pernah terlintas sedikit pun di pikiran kaum muslimin bahwa mereka suatu saat harus kehilangan cahaya yang selama ini sudah menerangi hati mereka.

Maka, ketika Allah melaksanakan kehendak-Nya dan memilih Rasulullah untuk tinggal di sisi-Nya, jiwa mereka terguncang, hati mereka terombang-ambing, iman mereka goyah.

Di saat itu, tampillah Abu Bakar as Shiddiq r.a menenangkan hiruk pikuk yang terjadi. Di hadapan wajah-wajah bingung dan jiwa yang terlihat kosong, Abu Bakar menyampaikan puji-pujian kepada Allah, kemudian berkata,

"Hai Kaum Muslimin! Barang siapa yang mengabdi kepada Nabi Muhammad maka sesungguhnya Nabi Muhammad telah wafat! Dan barang siapa yang mengabdi kepada Allah, maka sesungguhnya Allah tetap hidup dan takkan mati untuk selama-lamanya...!"

Kemudian Abu Bakar mengutip firman Allah,

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kalian akan berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak akan dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun. Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur" (QS. 2: 144).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline