Lihat ke Halaman Asli

Prayitno Ramelan

TERVERIFIKASI

Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Dari Sudut Pandang Intelijen, Jokowi-Ma'ruf akan Menang

Diperbarui: 9 Maret 2019   04:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasangan capres-cawapres Jokowi-Maruf Amin menemui para relawan dan pendukung di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (21/9/2018). Setelah dari Tugu Proklamasi, Jokowi-Maruf Amin akan langsung menuju Kantor KPU untuk mengambil nomor urut sebagai peserta Pemilu Presiden 2019. (KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

Pendahuluan

Pelaksanaan pemilu pemilihan presiden dan legislatif bila dihitung sejak kemarin (7/3/2019) tersisa 40 hari lagi. Pada peristiwa politik yang sangat penting bagi Bangsa Indonesia seperti ini, saya memiliki pengalaman monitoring menarik pada pilpres 2004.

Tiga bulan sebelum pencoblosan, intelijen AS membuat prediksi dan lapor ke Gedung Putih bahwa "the next president is SBY", dan itu benar. Dari sumber clandestine dasar laporan adalah hasil survei khusus yang dipercaya, walaupun saat itu banyak pihak yang tidak mempercayainya. Dengan metodologi yang tepat, inilah satu-satunya alat pengukur baik popularitas dan elektabilitas.

Nah, bagaimana membaca posisi 2 paslon (pasangan calon) saat ini menjelang pilpres 17 April 2019? Alat ukur elektabilitas calon yang bisa digunakan sebagai dasar pegangan tetap hasil survei. Memang banyak yang kurang percaya karena ada hasil survei yang dijadikan alat untuk kepentingan pembuat atau pemesan.

Walaupun hasil survei bisa dijadikan alat untuk memengaruhi konstituen, selisih yang terlihat masih ditoleransi tetap masih dapat dipergunakan sebagai referensi. Kembali kepada kepiawaian analis intelijen strategis pada komponen politik dalam membacanya.

Dari sudut pandang intelijen, hasil survei adalah informasi, bukan intelijen. Tapi beberapa informasi atau hasil survei bila sudah dinilai, dikonfirmasi, dan dianalisis akan menjadi produk yang bisa masuk kategori (disebut) intelijen, informasi matang bagi end user. Prinsip dasar pola dan metoda kerjanya sama seperti yang digunakan oleh intelijen AS di atas.

Fakta-fakta

1. Sejak pemilu presiden 2009, saya membuat beberapa artikel yg bisa dipergunakan sebagai basic descriptive intelligence. Produk terakhir yang ditayangkan ini: Merebut Zona Merah, Bagaimana Strategi Militer BPN dan Perang Total TKN Bekerja?

Pada artikel tersebut, tanpa mengecilkan hasil di propinsi lainnya, ditemukan bahwa the real battle adalah tiga propinsi di Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur).

Pada pilpres 2014, Jateng dan Jatim merupakan kunci kemenangan paslon Jokowi-JK, Prabowo-Hatta unggul di Jabar, Jokowi unggul besar di Jateng, di Jatim menang tipis. Dari beberapa informasi, pada pilpres 2014, Jokowi-JK kalah di 10 propinsi, termasuk Jawa Barat. Sedangkan pada 9 propinsi Jokowi kalah 3,9 juta suara, tetapi di Jawa Barat kalah 4,6 juta. 

Jadi persaingannya memang salah satunya di Jawa Barat. TKN serta Cawapres Ma'ruf Amin, terus bekerja keras di Jabar, di mana PKS pernah mampu mendudukkan dua periode Gubernur yang diusungnya dan pada pilgub 2018, calon PKS dan Gerindra, walau kalah, saat terahir membuat kejutan: perolehan suaranya melonjak tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline