Lihat ke Halaman Asli

Upgrade Skill saat Ramadan: Membaca yang Tidak Hanya Membaca tapi Harus sampai Terkaca

Diperbarui: 3 April 2023   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Thought Catalog: https://www.pexels.com/id-id

Membaca menjadi hal yang fundamental dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana tidak? Dari mulai bangun tidur hingga kembali tertidur pasti tidak akan terlepas dari kegiatan membaca. Contohnya saja saat menerima E-mail tentang pekerjaan, tugas sekolah, dll.

Tentu saja anak-anak di sekolah dasar pun sudah bisa membaca namun bagaimana mungkin kemampuan membaca anak-anak disamakan dengan orang dewasa.

Jika meninjau pada masa lalu saya termasuk anak-anak yang cepat dalam belajar membaca. Hal tersebut terlihat saat masuk ke kelas 1 sekolah dasar di mana teman-teman yang lainnya masih belajar mengenal huruf saya sudah bisa membaca dengan lancar bahkan sesekali guru saya menyuruh untuk lomba membaca cepat dengan kakak kelas.

Di masa sekarang, jika ada waktu luang saya bisa membaca tuntas sekitar 600 halaman buku dalam satu hari, namun setelah buku tersebut selesai dibaca tidak ada yang tersisa di ingatan, semuanya lenyap tepat setelah sampul buku itu ditutup. Loh kok bisa?

Menyadari ada yang salah saya mencoba untuk mengurangi kecepatan membaca lalu mulai menulis intisari dari setiap buku yang dibaca. Ternyata dengan melakukan hal tersebut terlihat perbedaan yang cukup signifikan.

Bulan Ramadan tahun ini bertepatan dengan saya memasuki semester akhir dalam masa studi. Tentu saja ini menjadi sebuah keberkahan tetapi juga tantangan. Bagaimana tidak? Di saat satu persatu teman angkatan sudah mulai sidang, saya masih berkutat dengan proposal penelitian. Di tengah rasa insecure yang melanda dan tentu keadaan di saat menjalankan puasa rasanya ingin mengurung diri di kamar sepanjang hari.

Hingga pada suatu hari saya sedang berselancar di internet lalu menemukan sebuah artikel yang di dalamnya terdapat kalimat seperti ini:

"Sebagian dari tata krama puasa adalah tidak memperbanyak tidur di siang hari, hingga seseorang merasakan lapar dan haus serta merasakan lemahnya kekuatan, dengan demikian hati akan menjadi jernih." (Imam al-Ghazali, Ihya' Ulumid Din, Juz 1, Hal. 246)

Sontak saja saya merasa tertampar, dan mulai menyadari jika bukan saya sendiri bertanggung jawab atas hidup saya mau siapa lagi.

Setelah proposal tersebut diserahkan kepada dosen pembimbing ternyata masih banyak hal yang perlu direvisi. Ada beberapa kesulitan saat hendak memperbaikinya. Namun setelah saya dipertemukan dengan berbagai macam sumber bacaan, kesulitan itu mulai dapat teratasi. Dalam membaca sumber bacaan saya tidak membacanya dalam satu kali tapi berkali-kali sampai paham dan tidak lupa dicatat agar bersarang lama diingatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline