Lihat ke Halaman Asli

Petrus Kanisius

TERVERIFIKASI

Belajar Menulis

Mengintip Aktivitas Si Penyemai, Pemelihara, dan Penjaga yang Tersisa dari Desa Laman Satong

Diperbarui: 26 Mei 2016   18:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semaian aneka ragam bibit seperti gaharu dan buah-buahan, Foto dok. Pribadi.

Menyemai, memilihara, sekaligus sebagai penjaga hutan Laman Satong, lebih tepatnya hutan di kawasan Dusun Manjau. Setidaknya itu yang ia lakukan dalam mengisi hari-harinya. Kemarin, tepatnya tanggal 18 hingga 22 Mei 2016, saya berkesempatan untuk mengintip aktivitas si penyemai, pemelihara, dan penjaga yang tersisa. Lalu, siapakah sosok tersebut?

Tanpa paksaan, tanpa disuruh ia terus melakukannya. Si penyemai, pemelihara yang tersisa tersebut adalah Yohanes Terang. Hari-harinya dikenal selalu bersyukur. Mengingat, setiap aktivitas Kek Alui begitu ia sehari-hari disapa karena cucu tertuanya bernama Alui selalu memulai dengan doa dan ucapan syukur kepada Sang Pencipta. Demikian pula saat tidur dan bangun tidur. Boleh dikata, beliau sangat religius.

Ratusan Bibit bambu miliknya. Foto dok. Pribadi.

Dikatakan sebagai penyemai hari-harinya menebarkan bibit-bibit yang telah siap ditanam dan menyemai kembali bibit-bibit tanaman kecil di polybag, tanaman pohon yang nantinya menjadi cikal bakal hutan nantinya. Pemelihara karena ia tanpa untuk memelihara, menjaga serta mempertahankan hutan yang tersisa. Sejatinya tidak hanya sekedar sebagai penyemai, pemelihara, dan penjaga, tetapi juga sebagai penabur kasih kepada bumi untuk berlanjut.

img-21052016-165751-5746a0dd2023bd4011613702.jpg

Ratusan tanaman bibit kopi dari beberapa propins,i ada yang ia kembangkan dan semaian di lahan milik Pak Yohanes. Foto dok. Pribadi

Selama saya berkesempatan bertemu langsung dan berkesempatan untuk mengikuti aktivitasnya selama lima hari di Dusun Manjau, Desa Laman Satong, Ketapang, Kalimantan Barat, suguhan puisi alam, puisi sosial, puisi sosial budaya dan puisi untuk para pemimpin dan puisi keprihatinan kepada masalah lainnya seperti masalah narkoba tak luput menjadi titik keprihatinannya melalui puisinya. Puisinya juga tidak luput dengan sarat makna yang mengingatkan kita akan alam semesta.

Pak Yohanes Terang saat siap menyemai bibit gaharu. Foto dok. Pribadi.

Hari pertama mengikuti aktivias Yohanes Terang, saya diajak untuk berkeliling tanaman buah-buahan, kebun pisang, dan ragam tanaman seperti durian, cempedak, dan tanaman gaharu (garu, demikian masyarakat setempat menyebutnya). Tidak hanya itu, tanaman karet dan berhektar-hektar hutan di belakang rumahnya terlihat menjulang kokoh berjejer rapi, hutan tersebut miliknya.

Kolam ikan dan beribu-ribu jenis bibit tertata rapi di tempat pembibitannya. Beragam bibitnya seperti tanaman gaharu, kopi, bibit tanaman buah serta bambu tertata, demikian pula dengan pepohonan rimbun yang tumbuh di sekitar rumahnya. Setiap pagi menjelang dan senja menyapa, Yohanes Terang selalu rutin untuk menyirami bibit-bibitnya.

Di hari kedua, saya bersama dengan Yohanes Terang berkunjung di kebun pisangnya miliknya. Hari itu, kami memanen dua tandan pisang. Terlihat, beberapa pohon pisang sedang berbuah, tetapi belum semuanya matang. Ada pisang raja, ada pisang ambon, pisang nipah.

Ketiga, di pagi hari, saya berkempatan untuk melihat karya-karya puisi yang ia tulis. Saya juga berkesempatan untuk mengetikkan karyanya ke dalam bentuk dokumen. Karena, banyak karyanya yang ditulis tangan.

Hari keempat, saya berkesempatan berkeliling-keliling, mungkin kata yang cocok. Berkeliling-keliling untuk melihat hamparan hutan miliknya dan beberapa tanaman buah yang keberadaannya berbatasan dengan perusahaan-perusahaan. Tercatat terdapat perusahaan perkebunan yang mendiami wilayah Laman Satong.

Di hari terakhir, bertepatan dengan hari Minggu, saya mengikuti aktivitas Bapak Yohanes Terang untuk misa hari Minggu di Gua Kiderun. Setelah misa selesai, saya diajak melakukan panen buah jeruk bali dan melihat Viktor, Bapak Alui, anak sulung Pak Yohanes Terang saat melakukan penyuntikan (inokulasi) untuk beberapa gaharunya. Ia pun berharap, semoga ada hasil yang baik dari penyuntikan gaharunya satu tahun mendatang.

Viktor (Pak Alui) saat melakukan inokulasi/inokulan pohon gaharu. Foto dok. Pribadi.

Berikut sekilas tentang Yohanes Terang, kakek usia  60 tahun tersebut sedikit banyak memberikan makna kata dan makna kehidupan yang tertuang beberapa karyanya dan perbuatan nyatanya di masyarakat lebih khusus di wilayah Desa Laman Satong. Boleh dikata, Bapak Yohanes Terang sebagai perintis pertama untuk mendiami wilayah Manjau dan mempertahankan beberapa wilayahnya dari himpitan sawit dan bauksit. Pak Terang juga sebelumnya di era 1980 hingga tahun 2006 pernah dipilih oleh masyarakatnya menjadi kepala desa selama dua periode. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline