Lihat ke Halaman Asli

"Berburu" Peluang Bisnis Wisata di Tengah Erupsi Gunung Agung

Diperbarui: 11 Desember 2017   16:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berpostur kurus dan berkulit sawo matang, siapa sangka seorang pria ini memiliki hobi trekking. Pria yang biasa disapa Mudi ini memiliki bisnis atau usaha wisata alam dengan jargon The True Bali Experience. Meskipun tidak hanya melayani wisata di seputaran Gunung Agung, Mudi mempunyai program wisata di kawah Ijen yang berada di Jawa. Bisnis dengan nama Mudi Goes to the Mountain ini dirintisnya sejak 23 tahun lalu tiba-tiba terhenti seketika saat Gunung Agung bergejolak dengan aktivitias vulkanik.

Mudi pun terus memutar otak untuk menemukan peluang bisnis di tengah kondisi yang sulit saat ini. Gunung Agung yang terletak di Kabupaten Karangasem, Bali mengalami erupsi sejak 27 November 2017 lalu. Sebelum erupsi pertama terjadi, gunung sempat berada pada tingkat tertinggi atau level IV. Level turun sesaat, lalu pada akhirnya level IV ditetapkan hingga terpantau letusan abu vulkanik keluar dari kawah Gunung Agung.

Salah satu sahabatnya yang berasal dari Swiss pernah menanyakan mengenai keberlanjutan bisnis yang terhambat karena aktivitas vulkanik. Pertimbangan yang dilontarkan sang teman kepada Mudi merujuk pada suatu solusi berkelanjutan, seperti mengenai lokasi bisnis, aktivitas apa yang dapat menghasilkan profit, maupun rintisan usaha yang baru dan inovatif.

Di saat situasi masih tidak menentu, Mudi, ikut 'jalan-jalan' dengan aktivitas Orari yang membantu penanganan darurat erupsi Gunung Agung. Dia ingin melihat situasi dan peluang untuk pengembangan bisnis baru, dan menurutnya, itu mungkin setelah recoverydengan usaha biking atau wisata jeep.

"Kalau melihat saat ini, mungkin tamunya takut. Ya kita lihat dari jauh. Mungkin trekking tapi yang soft trekking dan melihat Gunung Agung dari jauh, seperti asap."

Sembari ikut terlibat dalam penanganan darurat, Mudi terus memonitor melalui radio komunikasi atau handy talky (HT). Pada awal terjadi pengungsian, pria yang memiliki dua putra itu aktif untuk berkoordinasi melalui HT hingga menginap di Posko Tanah Ampo.

Terpuruknya bisnis wisata ini tidak hanya dialami oleh Mudi, tetapi juga oleh rekan-rekan lain yang bergerak di bidang yang sama. Mudi yang juga aktif di Orari atau Organisasi Amatir Radio Indonesia menyampaikan apa yang dia dengar dari teman sesama praktisi pariwisata yang memiliki usaha restoran di Amed.

"Banyak restoran di Amed tutup dan ada yang menerapkan 15 hari kerja. Dan ada hotel yang tidak menerima tamu tapi merenovasi hotel aja." 

"Aktivitas praktisi seperti sopir, guide, sementara dari 15 hari itu nol, saya tanya. Walaupun sopir ke pangkalan tapi tak ada kerja." 

Menurutnya, berita-berita di media asing ikut berkontribusi untuk memperburuk situasi, seolah-olah Bali sangat tidak aman karena ancaman erupsi Gunung Agung. Media memberitakan bahwa Gunung Agung sangat berbahaya. Berawal dari berita tersebut, banyak dari turis asing yang pernah difasilitasi selama trekking dan dekat dengan dia menanyakan kondisi Mudi melalui email, messenger, Wa (Whatsapp), telepon, "Are you safe?" Di sisi lain, banyak juga calon konsumen yang membatalkan niatnya berwisata di Gunung Agung.

"Kalau untuk yang membatalkan, ada 15 reservasi, dan biasanya udah rame yang booking."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline