Identitas Buku
Judul: Seorang Wanita yang ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya
Penulis: Andreas Kurniawan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Kota Terbit: Jakarta
Tahun Terbit: 2025
Jumlah Halaman: 205 halaman
Resensi Buku
Melalui karyanya yang kedua ini, Andreas Kurniawan menceritakan tentang salah seorang pasiennya, bernama Lalin, yang menderita penyakit autoimun. Dengan kondisi keluarga yang kurang supportif, hampir tidak memiliki teman, dan cara berpikir tentang hidup yang salah, Lalin mengalami depresi. Ia tidak ingin bunuh diri, tetapi ingin segera mengakhiri hidupnya. Baginya saat itu, mau meninggal sekarang, nanti, dua puluh menit lagi, atau bahkan 100 tahun lagi, tak akan ada bedanya. Ia tidak tahu bagaimana harus menjalani hidup lagi dengan motoriknya yang sudah tidak bebas, dan ia terbatas dalam mengerjakan banyak hal.
Pada kondisi ini, sungguh manusiawi ketika kita merasa marah, kesal, dan sedih karena tidak bisa melakukan apapun dengan bebas. Iri sekali melihat orang lain masih bisa menjalani hidupnya dengan baik dan sempurna. Pada setiap bab buku ini, dr. Andreas menuliskan percakapan-percakapannya dengan Lalin, perasaan manusiawi Lalin yang saya rasa tidak hanya relate dengan orang yang menderita sakit parah, tetapi juga yang menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa. Bila bisa saya katakan, buku ini bukan seperti self-help biasa, tapi ada unsur coming of age karena di akhir cerita kita menemukan perubahan besar pada cara berpikir, cara pandang hidup, dan cara berinteraksi Lalin dengan dr. Andreas, orang-orang di sekitarnya, serta kehidupannya.
Dalam hidup, kita tidak harus selalu melihat hal-hal yang positif. Terkadang, melihat hal negatif juga merupakan suatu hal yang manusiawi dan baik untuk dilakukan. Bukan hidup namanya, jika kita terus-terusan ingin merasakan hal positif di dalam hidup. Melalui kisah Lalin, Andreas Kurniawan mengajak kita untuk berpikir tentang hidup kita tak hanya dari kacamata kita sendiri, karena kenyataannya, kita tidak dapat melihat itu dengan mata kita sendiri. Kita perlu orang lain untuk melihat kondisi kita.
Bagian paling menarik dalam buku ini ialah ketika Andreas Kurniawan membicarakan peran kita dalam kehidupan orang lain. Terkadang, kita menjadi villain dalam hidup seseorang meskipun yang sebenarnya terjadi tidak demikian. Begitupula dengan sebaliknya. Seseorang menjadi villain dalam cerita hidup kita, menjadi sosok yang menyakiti kita, meskipun tidak ada maksud demikian. Ternyata dalam hidup kita memang kadang membutuhkan orang lain untuk menjadi villain. Hal ini sebetulnya hanya untuk memvalidasi perasaan sedih, kecewa, dan perasaan-perasaan lainnya. Apakah tugas kita untuk memperbaiki cerita agar tidak lagi menjadi villain? Tidak. Bukan tugas kita. Biarkan orang lain dengan cerita mereka, dan biarkan kita mengembangkan diri sendiri untuk tidak lagi menjadi villain pada cerita-cerita berikutnya. Tak apa menjadi orang jahat dalam cerita orang lain, yang penting adalah bagaimana orang lain yang mencintai kita tetap mencintai dan mengasihi kita dengan segala kekurangan dan kelebihan kita.
Sungguh, buku ini mengajak kita untuk berpikir mindful tentang interaksi intrapersonal dan interpersonal. Kita diajak untuk melihat kolam kehidupan lebih luas dan tidak hanya terpaku pada penderitaan sendiri. Kita tidak perlu bersyukur dengan kondisi kita dan atas penderitaan orang lain, tapi kita hanya perlu merasakan dan menikmati apa yang kita dapatkan saat ini.
Dibuat oleh: Ririn R. Silaban
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI