Lihat ke Halaman Asli

Ketulusan Berbuah Jebakan?

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tulus, apakah arti dari kata itu? Menurut kamus bahasa Indonesia, arti kata tulus adalah “sungguh dan bersih hati (benar-benar keluar dr hati yg suci); jujur; tidak pura-pura; tidak serong; tulus hati; tulus ikhlas”. Jadi, tulus adalah suatu sifat yang amat mulia.

Benar sekali, kata-kata tidak akan cukup untuk menjelaskan arti sebenarnya dari kata tulus? Dia harus hadir dalam contoh dan praktik dalam keteladanan. Barulah kita akan mengerti arti sebenarnya sebuah ketulusan. Praktik inilah yang sekarang sepi dari kehidupan, sehingga kita kesulitan untuk menjelaskan. Karena begitu kita ingin menkonkritkan penjelasan dengan contoh, maka lawan bicara kita akan cepat menyanggah. Karena memang sekarang ini bangsa Indonesia sepi dari keteladanan.

Dia suka blusukan, tapi kok disorot kamera, apa namanya kalau bukan pencitraan? Katanya sederhana, tapi kok sekarang naik Land Cruiser, yang mewah? Katanya pembela HAM tapi penasihatnya justru terseret kasus HAM? Mengaku koalisi dengan rakyat, tapi segala keputusan bicara dulu dengan Ibu? Silakan Anda menambahkan.

Lalu apakah ada yang lebih indah dari: Ketulusan? Damai pun akan menjadi semu tak berarti tanpa adanya ketulusan dari lubuk hati. Silaturahim akan menjadi hambar bila hanya sebatas basa-basi.  Jika ketulusan dan kehikhlasan hilang dari diri kita, yang timbul adalah rasa iri dan dengki, tamak dan rakus timbul niat jahat dan berkhianat. Jika sifat tulus dan ikhlas hilang maka yang timbul bukan perasaan damai tetapi perasaan gelisah tidak tenteram dan sikap permusuhan, penindasan dan bentuk-bentuk ketidakadilan.

Agaknya ketulusan inilah yang diragukan oleh Wakil Ketua Tim Advokasi Perjuangan Merah Putih Razman Nasution kepada Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai, yang telah mengundang silaturahim saksi Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam gugatan Pilpres 2014 di Mahkamah Konstitusi (MK) asal Kabupaten Pigai, Novela Nawipa.

Selain berniat melaporkan Natalius Pigai, Razman Nasution juga menuding Natalius telah melakukan penyelahgunaan kekuasaan atau wewenang. Pernyataan ini menyusul dugaan adanya pengarahan dan jebakan dari Natalius kepada Papua Novela Nawipa.

"Nah, memang jebakan. Dan kami menganggap sebuah cara-cara yang kocak untuk memengaruhi orang lain. Dan ini yang sedang kami kaji bahwa saudara Natalius melakukan abuse of outhority. Abuse of power, dia keluar dari kewenangannya," ujar Razman dalam wawancara khusus dengan Liputan6.com, Senin (18/8/2014).

"Dan pertanyaanya lagi, kenapa saudara Natalius Pigai memanggil saudara Novela Nawipa dan Martinus diundang untuk bersilaturahim ke kantor Komnas HAM?" ujar dia heran.

Razman membantah, Novela datang ke kantor Komnas HAM atas kesediaan dirinya. Sebab, kedatangan kliennya atas undangan Natalius sendiri. "Dan datang sendiri itu tidak benar. Yang benar diundang, karena sama satu suku, dianggap ini orang yang hebatlah kalau di kampung, yang namanya jadi anggota Komnas HAM."

Tapi, masih kata Razman, pada faktanya begitu sampai di Komnas HAM, Novela dan Martinus sudah dihadapkan media massa. Para awak Media cetak dan elektronik pun sigap mewawancarainya. Ini tentu saja membuat Novela kaget setengah mati. “Katanya mau bersilaturahmi, kenapa jadi ada media?" tanya dia.

Menurut Razman, Natalius telah mengarahkan 2 hal kepada Novela. Pertama agar kliennya mengakui bahwa tidak ada intimidasi dan ancaman kepada Novela, baik sesudah maupun sebelum kesaksiannya di MK.

"Sementara dia (Novela) mengaku sebelum pengakuan di MK tidak ada intimidasi dan setelahnya ada intimidasi. Tapi oleh saudara Natalius bilang akui saja itu tidak ada. Yang kedua disuruh mengakui bahwa memang ada 2, 3 TPS ada Pilpres, padahal tidak ada, kelakuan macam apa ini?" ujar Razman heran,

Novela tulus sepenuh hati mendatangi undangan silaturahmi itu karena sama-sama satu kampung, Pigai Papua. Apalagi yang mengundang tokoh Komnas HAM tentu dalam jalan pikirannya, dia akan dilindungi karena sebelumnya ada ancaman dan pembakaran, tapi siapa sangka itu jebakan. Atas peristiwa janggal ini, Razman meminta Komnas HAM bersidang, dengan memanggil ketuanya, memanggil DPR, dan memanggil instansi terkait. Bahkan, Natalius dinilai pantas dicopot dari jabatannya.

"Agar Komnas HAM yang memperjuangakan HAM tapi menindas kemerdakaan hak asasi Novela. Karena itu beliau ini patut dicopot," ketus Razman.

Selain itu, Razman juga meminta Natalius mengklarifikasi terkait dugaan memberikan arahan kepada Novela. "Kami minta Natalius segera mengklarifikasi apa yang dilakukakan Natalius. Berhati-hati kalau Anda berbohong, itu bisa kena pidana Pasal 242, 243 ancaman 7 tahun penjara."

"Masa ngomong begitu, orang yang bergerak di bidang Komnas HAM idealnya dia menjaga HAM. Dia harus melakukan perlindungan, bila perlu Komnas HAM turun ke mari. Itu fungsi dia menjaga HAM apalagi sekampung," tegas Razman seraya menunjukkan ke foto kerusakan rumah Novela yang dipegangnya.

"Oleh karena itu, ada apa dengan seorang Natalius Pigai? Ada apa dengan konstitusi Komnas HAM? apakah mereka sudah tidak melihat lagi ada seorang jujur di negara ini? kemudian diberangus kejujuran itu?" pungkas Razman.

Sementara Natalius saat dikonfirmasi terkait tudingan ini, dirinya enggan berkomentar banyak. Dia justru meminta agar media tidak memberitakan Natalius terus-menerus. Tapi, kenapa sebelumnya ada media dalam silaturahim tadi?

"Untuk saudaraku, terima kasih teman-teman jurnalis tidak lagi lakukan blow up (melebih-lebihkan) tentang adik saya Novela. Mohon agar menjaga privasi dia. Selamat malam," ujar Natalius dalam pesan singkatnya kepada Liputan6.com.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline