Menyambut tamu dan para tokoh ulama saat pengajian menjadi standar pelayanan minimal, apalagi saat ada pengajian hari besar islam dengan mengundang pembicara dari luar kota, maka seksi konsumsi harus menyiapkan rumah siapa yang ditempati sebagai tempat transit VVIP dan toga dan tomas yang nantinya diajak ramah tamah.
Menu sate kambing bumbu kecap atau bumbu kacang dan masakan ikan menjadi menu andalan. Ini adalah jamuan malam, model menu seperti terlihat di gambar hampir mayoritas terutama bagi warga NU atau paniitia PHBI di masjid atau musholla. Rata-rata mereka menyiapkan menu untuk para masyayih, tamu undangan yang dipilih dan panitia beserta para pihak keamanan pengajian.
Terkadang menu seperti ini ditanggung sama rumah yang ditempati atau transit, mereka sengaja ngalap barokah dengan hadirnya para ulama apalagi ada habaib dan ulama khos yang diundang khusus dan mereka nanti minta di doakan oleh para mubaligh tersebut, uang dapat dicari, kesempatan didoakan oleh ulama khos atau tokoh panutan menjadi sesuatu yang bermakna, makanya tidak rugi jika menyajikan jamuan makanan malam untuk tamu-tamu penyebar islam dan kharismatik.
Namun ada juga yang menyiapkan dana konsumsi dari pos panitia, mereka mengumpulkan jariyah dari warga kemudian dana dibagi-bagi sesuai dengan peruntukannya, termasuk untuk menyiapkan dana konsumsi tamu undangan, sedangkan tamu undangan biasanya snack berat.
Jamuan malam, tentunya kalau ditinjau dari kesehatan dianggap tidak baik saat malam hari kemudian makan malam, bisa menambah berat badan atau kegemukan, dan mengganggu kesehata fisik seseorang, kalau makan di pagi atau siang hari itu bisa menambah kalpri pada fisik kita karena selama sehari energi yang dikeluarkan banyak, namun kalau makan di malam hari bisa mengakibatkan terganggunya pada saat mau tidur, asam lambung naik sehingga akan berpotensi heartbun, bahkan makan malam bisa mempengaruhi ingatan kita.