Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com

Kekerasan pada Pemilik Anjing dan Diskriminasi Anjing

Diperbarui: 28 Juli 2021   18:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Anjing. Sumber: Kompas

Kekerasan pada Pemilik Anjing dan Diskriminasi Anjing

Sebetulnya sudah cukup lama mau menulis ini, tertunda-tunda karena banyak alasan. Setiap pagi dan sore, kebon belakang itu selalu disapu karena banyak daun kering. Namanya hidup bersama, tetangga itu memiliki banyak ayam.

Nah, usai sampah dikumpulkan, selalu saja ayam-ayam itu menyerakannya lagi. Paling menjengkelkan kalau sudah sore. Pintu-pintu tertutup, mereka itu balik lagi dan apa yang sudah tersapu jadi berantakan lagi, aliasa tidak berguna.

Apa yang membuat jengkel itu, kala kakak menjadi korban PHK karena dia juga ternak anjing untuk diperjualbelikan, sempat hendak didemo. Padahal hanya dipekarangan sendiri, hanya kadang gongonggan memang siapa bisa mengatur anjing. Bandingkan dengan ayam yang membuat tanaman berantakan, selain menyerakkan sampah.

Hal ini, kembali teringat, ketika burayak koi saya disortir orang malam-malam. Bayangan dan respon kerabat, pelihara anjing. Ha..ha...ha...demo akan terjadi. Padahal pekarangan kami sangat cukup tanpa perlu mengganggu tetangga seperti si ayam. Apa salah anjing bukan?

Era sebelum 90 kami sempat punya anjing. Ia biasa main di kebun, kalau pas melepaskan diri. Ia itu lari ke kebun Pak Kyai almarhum. Beliau tidak ngamuk, malah menyuruh pulang karena beliau masih kerabat, sebagaimana beliau sendiri katakan. Lihat, betapa jauhnya dengan era kini bukan?

Ingatan itu kembali memantik untuk menuliskan artikel ini, ketika sore ini melihat pada lini massa media sosial ada seorang pemilik anjing "dibunuh" tetangganya, gara-gara si anjing berak di jalan. Versi si pembawa anjing, ingat ini perlu kejernihan pikir agar tidak menjadi ribet, si anak mengaku sudah membersihkan kotoran si anjing dan membuangnya.

Si pelaku mengguyur jalan itu dan si anak pulang. Melapor pada bapaknya dan korban datang untuk menanyakan kejadian itu. Balasan adalah pukulan padahal sudah dilerai oleh saksi mata yang ada di sana. Pemukulan yang menyebabkan korban manusia. Hanya karena kotoran anjing membuat nyawa manusia melayang.

Apa sih salahnya ada anjing? Benar itu najis bagi agama tertentu. Aturan warga juga jelas kog. Sudah dibersihkan, lha memangnya paham dan yakin jalanan itu tidak ada najis dari sumber yang lain? Miris melihat perilaku beragama dan meyakini sesuatu dengan sangat sempit.

Heran ketika bantuan dari uang maling, korupsi itu juga maling hanya diperhalus, sehingga orang malah tidak punya malu untukkorupsi, beda dengan maling ayam dan maling jemuran. 

Uang hasil maling itu tidak kalah najis dan haramnya dengan kotoran dan liur anjing. Toh tidak pernah terdengar maling anggaran dihajar dan mati di jalanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline