Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com

Siapa "Kodok" yang Sedang Direbus Jokowi?

Diperbarui: 26 April 2020   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa "Kodok" yang Sedang Direbus Jokowi?

Ahok mengatakan, ia itu tipikal langsung dalam menyelesaikan masalah. Mau baik atau buruk tidak perlu panjang kali lebar. Thas thes, urusan belakangan. Ujungnya ya bui bagi Ahok. Ia mengatakan, jika sebenarnya Jokowi itu ya sama tegasnya, hanya jalannya berbeda. Ahok mengatakan jika Jokowi menggunakan pendekatan merebus kodok, di mana di dalam air di atas kompor kodok tidak sadar keadaan.

Kodok di dalam air dingin, direbus merasakan hangat dan nyaman, nah ketika merasakan kepanasan kodok itu tidak akan lagi  mampu melompat. Akhirnya mati di dalam panci yang mendidih. Kondisi yang sama dengan falsafah Jawa ngenteni kebak sundukane. 

Seolah didiamkan dengan perilakunya. Dibiarkan seolah-olah masih baik-baik saja. Pembiaran yang jelas terukur, dengan tidak dilepaskan begitu saja. Justru pengawasannya sangat ketat, namun yang diawasi merasa baik-baik saja. Tidak merasakan kalau ada kegiatan yang akan membuatnya terjerat.

Paling tidak dalam diri Setya Novanto yang demikian gagah perkasa, dari masa ke masa. Mulai zaman Soeharto dia sudah mapan, sampai era SBY ia bisa merajalela. Pas kejadian dengan Free Port, orang akan menilai habis, toh masih dibiarkan cukup lama. Akhirnya ketika momen itu tepat, selesai, tanpa ada gejolak baik politik apalagi keamanan.

Memangkas akar, memotong dahan, dan mengurangi daun-daunan itu penting, sehingga ketika pohon yang gede itu mau dirobohkan bisa aman semuanya. Mudah menebang pohon, namun dampak kerusakan itu perlu dipikirkan.

Membutuhkan energi ekstra memang karena banyak orang atau pihak menilai seolah tidak melakukan pengawasan. Membiarkan perbuatan salah dengan begitu saja, atau malah ada yang bisa saja mengatakan mendukung kejahatan dan perbuatan buruk di depan mata.

Butuh waktu, politik itu momentum, tidak sembarangan. Ketika tidak tepat, bisa menjadi bumerang, blunder, dan itu malah bisa membuat keadaan lebih buruk. Pandangan awam akan melihat yang di depan mata. Pemberitaan media saja. Padahal ada hal-hal yang tidak terlihat yang perlu diperhatikan.

Kesabaran. Sabar dalam menantikan saat yang pas. Mendengar dan melihat perbuatan ugal-ugalan dengan tetap diam tanpa reaksi berlebihan itu menjadi penting. Pembeda yang diperlukan jika mau urusan selesai dengan tidak banyak menimbulkan kekisruhan.

Menangkap ikan tanpa membuat kerus kolamnya. Ini seni yang tidak sembarang orang bisa dan mampu. Perlu kesabaran ekstra, waktu yang cukup, dan energi yang berlimpah. Sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang sudah melatih kesabaran pada tataran yang tidak biasa. Seolah mudah, padahal sangat susah, kalau tidak hati-hati malah merusak banyak hal.

Sama juga dengan menebang pohon rimbun di sekitaran rumah tanpa memangkas dahan dan daun. Menimpa rumah, memecahkan hiasan taman, memutuskan kabel listrik, dan kotor di mana-mana. Soal skil memang penting, namun pengalaman juga menentukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline