Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com

Cerpen | Doa Terlarangkah Ini?

Diperbarui: 25 Februari 2019   09:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam setiap doaku, selalu aku jadikam tema utama, tidak lupa menyelipkan dua bagian utama ini, selain bersyukur, memohon ampun, dan juga berdoa ini dan itu. Kadang  terbersit apakah layak dan benar dengan permohonan dan doa ini? Apakah ini salah atau benar? Satu yang pasti, kalau memang tidak berkenan dan salah, biarlah Tuhan saja yang tahu.

Ini berkaitan dengan masa lalu, dengan kisah yang berbeda. Pertama, doaku bagi seorang imam yang berkaul untuk menjaga kesuciannya. Aku mendoakannya agar selalu setia di dalam jalan panggilan-Nya, entah apakah aku salah jika berbuat demikian, karena toh ia masih selalu mengatakan kangen, rindu, dan menghujaniku dengan surel, percakapan, telpon, dan apapun sarana yang penting ia bisa menyatakan kerinduannya.

Atu tahu bahwa kerinduannya itu salah, namun ia bersikukuh toh tidak ada yang ia langgar dengan ikrar setianya. Aku  tidak pernah membalas ungkapannya itu. Selalu aku  normatif menanyakan bagaimana karyanya setiap ia bilan kangen.

Rindu yang ia katakan tak tertahankan, aku jawab bawa saja dalam doa. Dan itu sering membuatnya ngambeg, dan beberapa har "teror" itu berhenti. Dengan begitu, lumayan perasaanku yang seolah menggoda pastor sedikit terobati. Tapi entah ada angin atau mengapa, itu hanya mujarab dalam hitungan hari, belum pernah ia bisa lebih dari seminggu bisa diam dengan aksinya yang ia katakan tidak salah itu.

Beberapa saran teman dekatnya yang mengatakan agar aku kawin saja biar ia tidak ada lagi harapan. Dengan aku tetap sendiri, ia merasa tidak ada yang ia rugikan, toh ketika ada suami, ia akan merasa sungkan dan takut membuat suamiku cemburu, dan tentu sebagai gembala ia akan malu. Apa daya aku tidak bisa mengambil keputusan itu.

Semua media baik sosial, nomer telpon, dan surel aku ganti, entah dari siapa, entah kawannya, atau temanku ada saja yang tidak sengaja sampai kepadanya. Satu pintaku pada Tuhan, agar ia tetap setia dan tetap ada di jalan panggilan istimewa itu.

Aku yakin dan tahu kalau ia selalu berbuat demikian, hanya kepadaku. Dan ia pernah mengatakan kalau aku satu-satunya yang ia perlakukan demikian. Sedih jika aku ingat apa yang ia katakan ketika pertama kali ketemu.

Ia merasa sendirian, tidak ada rekan yang mengerti kegalauannya, entah mengapa ketika aku, yang waktu itu mau konsultasi dan meminta nasihat atas relasiku, eh malah ia yang curhat dan jadilah keterusan hingga hari ini. itu sudah berlangsung sekitar lima tahunan lho.  Awal ia tahbisan hingga hari ini sudah merayakan lima tahunnya.

Sore itu aku datang ke pastoran, mau curhat karena pacarku mau dijodohkan oleh orang tuanya. Aku diajak nikah lari, namun aku katakan itu sebagai perilaku buruk. Mau mencari peneguhan, eh malah jadi tempat curhat imam muda yang galau.

Ia menceritakan, bahwa di paroki, rekan pastornya satu hampir emiritus, dan ia datang untuk menggantikan. Satunya keras alang kepalang, belum terlalu tua sebenarnya.  belum ada titik temu untuk bisa memahami mereka. Eh malah curhatnya panjang banget, sampai heran sebenarnya aku.

Itulah awal mengapa aku dekat dengan si imam muda itu. Tahu persis kegalauannya, aku paham ia demikian, karena sejak SMP ia masuk seminari, tidak pernah sempat kenal yang namanya lawan jenis. Ia bersyukur bahwa mengenalku yang memahami dan tidak membuatnya keluar, padahal banyak rekan-rekannya begitu kenal gadis keluar dan menikah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline