Lihat ke Halaman Asli

SRI PATMI

Dari Bumi ke Langit

Menanamkan Nilai Inklusif Edukasi Seks dalam Lingkungan Keluarga

Diperbarui: 16 Desember 2021   19:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar : popmama.com

Anak merupakan generasi penerus didalam kehidupan. Mahakarya dari cinta kasih orang tua yang berwujud nyata. Menjaga, melindungi, mendidik dan merawat merupakan bagian dari cinta kasih yang ditanamkan secara inklusif sedari dini. 

Dimulai dari nilai inklusivitas sederhana dalam keluarga :

1. Budayakan Rasa Malu
Jangan biasakan anak keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan penutup badan seperti handuk dan pakaian. Kebiasaan baik ini harus dimulai dari orang tua yang membiasakan anak untuk belajar mandiri untuk urusan mandi, buang air besar, buang air kecil. Nilai ini akan tepat dilakukan saat anak sudah mulai bernalar dan kritis.

2. Menanamkan jiwa maskulin pada anak laki-laki dan jiwa feminim pada anak perempuan. Hal ini dapat dimulai dari cara berpakaian, pemilihan mainan, cara bersikap dan menentukan pilihan.

3. Memisahkan tempat tidur anak sebagai bentuk eksistensi dan wujud keberhargaan diri seorang anak. Pemisahan ini untuk menunjukkan privasi diri yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun termasuk orang tua.

4. Orientasi waktu dan biasakan meminta izin. Setelah memisahkan tempat tidurnya, anak akan mengerti jika setiap ruangan memiliki privasi masing-masing. Maka biasakan anak meminta izin untuk masuk ke kamar orang tua, kakak, adik atau kerabat lain dalam rumah tersebut. Selain mengandung nilai luhur berupa sopan santun, hal ini menjadi kontrol terhadap diri anak dan orang tua. Begitupun orang tua, meski bisa sesuka hati masuk kedalam kamar anak, biasakan untuk mengetuk dan memohon izin untuk masuk kedalam kamar.

5. Toilet Training yang berarti segala aspek mulai dari orientasi alat vital, kebersihan, dan kenyamanan. Bagian mana yang boleh/tidak boleh disentuh oleh orang lain. Dengan cara ini, anak akan lebih hati-hati berlaku terhadap diri sendiri.

6. Ajarkan anak untuk tidak sembarangan menyentuh atau disentuh serta berikan penjelasan secara logis. Transformasi pengetahuan, maka harus dilandasi pengetahuan yang dapat dinalarkan anak seusianya.

7. Sahabat terbaik seorang anak adalah orang tua. Hubungan anak dan orang tua akan harmonis jika keduanya saling terbuka dan saling memahami. Anak terbuka dan menjadikan orang tua sebagai curahan segala keluh kesah, perasaan dan kebahagiaan yang dirasakan. Ciptakan rasa damai dan keluarga adalah satu-satunya rumah bagi anak.

8. Berkata tidak pada orang asing. Jangan biarkan anak mudah tergiur dengan rayuan manis para predator seks. Ajak anak mengobrol dan sering bicara untuk melatih sikap kritis.

Hal sederhana yang dibiasakan akan menjadi budaya bagi anak. Memupuknya sediri dini menjadi tanggung jawab bagi orang tua.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline