Lihat ke Halaman Asli

Fransiskus Pascaries

Penulis dan penerjemah lepas

Pengalaman Berharga bersama Orang Rimba

Diperbarui: 1 Oktober 2020   09:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(KOMPAS/IRMA TAMBUNAN)

Andaikan Anda adalah seorang penyuluh kesehatan di kota besar, tentu Anda merasakan bagaimana sulitnya menanamkan pola hidup sehat bagi masyarakat di masa pandemi COVID-19 ini. Tapi, itu tampaknya tak seberapa dengan apa yang dihadapi Radhimas Firmansyah (37 tahun).

Pria yang sejak tahun 2008 berkarya di Jambi ini tahu persis bagaimana rasanya hidup bersama dan bekerja di antara kelompok Orang Rimba atau Suku Anak Dalam di sana.  

Setelah awal Maret 2020 pemerintah pusat mengumumkan pasien pertama COVID-19 di Indonesia, pada minggu ketiga bulan yang sama Dhimas, begitu ia biasa disapa, bersama timnya di sebuah perusahaan di Jambi melakukan sosialisasi kepada kelompok Orang Rimba di sana.

Seminggu sebelum ia dan timnya menjalankan sosialisasi, banyak Orang Rimba yang sudah tak di rumah.

"Dari dulu, sejak zaman nenek moyang dulu mereka ini tipe forager, yaitu berburu, meramu, dan mengambil hasil hutan," kata Dhimas.

Situasi menjadi sulit, karena terbatasnya akses masyarakat setempat pada sumber-sumber informasi tepercaya yang bisa dengan mudah didapat orang-orang di perkotaan. Sinyal telepon seluler pun tak seperti di kota.

Banyak informasi keliru dan menakutkan beredar di kalangan Orang Rimba. Informasi itu berbunyi kira-kira: jangan berdekatan karena kalau orangnya tertular langsung akan meninggal.

"Jadi, yang mereka persepsikan penyakit ini memang cukup menakutkan, sama seperti konsepsi-konsepsi mereka tentang penyakit atau pandemi. Begitu situasinya," kata Dhimas kepada saya melalui pesan suara di Whatsapp.

Pihaknya secara rutin menggelar sosialisasi alias penyuluhan tentang kesehatan ini. Mulai dari menjelaskan pentingnya untuk rajin-rajin mencuci tangan dan memakai masker.

Itu tentu agak sulit diterima oleh kebanyak warga Suku Anak Dalam atau Orang Rimba.

Ini sulit, karena praktis memang tidak pernah ada kebiasaan seperti itu. Tapi, Dhimas dan kawan-kawannya tetap menyampaikan bahwa situasilah yang menuntut semua pihak untuk melakukan ini. Sehingga memang diharapkan untuk bisa sama-sama disiplin untuk menjalankan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline