Mohon tunggu...
Fransiskus Pascaries
Fransiskus Pascaries Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan penerjemah lepas

sesekali kita perlu menoleh ke belakang, agar langkah ke depan tak terantuk

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Berharga bersama Orang Rimba

30 September 2020   23:01 Diperbarui: 1 Oktober 2020   09:19 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS/IRMA TAMBUNAN)

Dhimas menggelar sosialisasi itu setelah sejumlah kelompok Orang Rimba beranjak cukup jauh dari rumah tempat mereka tinggal.

"Mereka sudah berada di pinggir hutan yang masih asri. Itu memang strategi mereka untuk menghindari dari pandemi atau penyakit," kata Dhimas yang bisa berkomunikasi dalam bahasa setempat dengan Orang Rimba karena sudah terbiasa makan, tidur dan hidup bersama Orang Rimba.

Tak mudah untuk menanamkan habitus baru dan pola hidup sehat. Tapi, Dhimas dan kawan-kawannya tak putus asa.

Perlahan-lahan beberapa orang yang mereka lihat dan temui saat berkendara dan berjalan sudah mulai mengenakan masker dan baju lengan panjang. 

Di rumah pun, mereka mulai menerapkan kebiasaan mencuci tangan dan tidak berdekatan dengan orang yang baru tiba dari luar daerah.

Dhimas biasanya berperan dalam mengoordinasikan tim internal PT Royal Lestari Utama dan tim dari Puskesmas Suo-Suo, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. 

Mereka merencanakan jadwal kunjungan, lokasi Orang Rimba yang senantiasa berpindah-pindah, serta penyakit apa saja yang diderita.

Jika ada yang menderita sakit namun tidak tertangani di Puskesmas, mereka biasa akan merujuk pasien tersebut ke Rumah Sakit Umum Daerah Tebo, agar bisa mendapatkan perawatan lebih memadai.

Ia dan sejumlah rekan bisa bahasa yang dipakai Orang Rimba, sehingga penjelasan relatif bisa diterima meski tidak secara ilmiah.

Biasanya mereka menjelaskan bahwa penyakit menular seperti Covid-19 ini adalah sesatu yang tidak terlihat dengan mata, tapi nyata adanya.

Ia dan kawan-kawan penyuluh juga menjelaskan apa perbedaan penyakit ini dibanding batuk atau pilek biasa, gejala seperti nafas sesak dan pendek yang menyertai, badan lemas, lidah tak bisa mengecap, hidung kehilangan kemampuan mendeteksi bau, dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun