Lihat ke Halaman Asli

Parlin Pakpahan

TERVERIFIKASI

Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Sengkuni atau Brutus-kah di Lingkar Kepresidenan Jokowi Sekarang

Diperbarui: 20 April 2022   19:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik antara kacamata Myopia dan Felt Needs. Foto: Robert Heyliger, Flickr.

Sengkuni atau Brutus-kah di Lingkar Kepresidenan Jokowi sekarang

Sengkuni pada umumnya orang tahu. Dia adalah seorang tokoh antagonis dalam wiracarita Mahabharata. Dia adalah paman para kurawa dari pihak Ibu. Sengkuni terkenal sebagai tokoh licik yang selalu menghasut para kurawa agar memusuhi Pandawa.

Lain halnya dengan Brutus. Tak semua orang tahu, kecuali mereka yang akrab dengan literatur Eropa. Siapa yang tak kenal dengan pujangga Inggeris William Shakespeare. Pujangga besar ini menulis Drama Julius Caesar yang digubahnya dari sejarah Romawi tahun 44 sebelum masehi. Frasa "Et tu Brute" muncul dalam babak 3 adegan 1. Itu adalah bahasa latin yang berarti "Kau juga Brutus".

Caesar mengucapkan kata itu dengan mata terbelalak saat ia dihunjam senjata tajam dan tewas bersimbah darah oleh sekawanan senator pembunuh yang satu di antaranya adalah temannya bahkan sudah seperti anaknya sendiri yi Marcus Junius Brutus. Caesar awalnya melawan, tapi ketika dia melihat Brutus, respon "Et tu Brute " itu muncul saat Caesar menghembuskan nafas terakhirnya.

Mungkin saja kata-kata terakhir Julius Caesar bukan seperti itu. Satu setengah abad setelah kejadian itu seorang sejarawan Romawi Suetonius mengklaim Caesar tidak mengatakan apa-apa saat dia meninggal, tetapi yang lain menyatakan kata-kata terakhir Caesar adalah frasa Junani yi "Kai su Teknon" atau "kau juga anak muda" saat melihat Brutus dalam kawanan pembunuh itu.

Itulah salah satu kudeta kuno yang terkenal dan melegenda dalam sastera dunia melalui goretan pena emas William Shakespeare. Tafsiran terhadap kata "Et tu Brute" yang luarbiasa itu hanya menegaskan satu hal yi kekuasaan itu bisa berakhir dengan cara diluar dugaan bahkan bisa begitu tragis oleh orang terdekat sang penguasa.

Maka masih dalam sesi Tolak Penundaan Pemilu 2024, kita pun kaget ketika Masinton Pasaribu meneriakkan kata ini ketika mengecam Menko Marinvest Luhut Binsar Panjaitan sebagai Brutus di lingkar kepresidenan Jokowi.

Kita pun bertanya-tanya. Seorang Masinton Pasaribu yang tidak akrab dengan literatur Eropa dan hanya pandai berpokrol bambu dalam sirkus politik Indpnesia berdasarkan logika politik domestik semata, koq bisa-bisanya melafalkan kata Brutus kepada regime sekarang, khususnya kepada sosok yang dianggap sesepuh dalam perpolitikan Indonesia, yi Menko Marinvest LBP atau Luhut Binsar Panjaitan.

Gegara LBP dkk yang melontarkan gagasan penundaan pemilu 2024 dengan alasan punya big data yang konon kl 110 juta rakyat Indonesia masih menginginkan Jokowi, juga dialaskan Indonesia lagi runyam keuangannya karena habis-habisan memerangi pandemi, maka mega anggaran kl Rp 110 trilyun untuk pemilu serentak pada 2024 yad seyogyanya ditahan dulu untuk yang lain sampai keadaan negara membaik. 

Inilah yang memicu aksi demo 1104 sehingga Ade Armando jadi korban dst dst. Tanpa mau kendor sedikitpun, Masinton meminta Jokowi agar memecat Menko Marinvest. Ia kelihatannya tak terlalu perduli dengan siapapun yang kelak memusuhinya sesudah pernyataan sangat tajam itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline