Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Umrah, Bertamu ke Tanah Suci, Kembali Harus Suci

Diperbarui: 26 Desember 2018   01:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berbahagia sekali saya berkesempatan mengikuti perjalanan umrah bersama PT. Al Anshor Tours Yogyakarta. Berangkat tanggal 18 Desember, dan tiba kembali di tanah air pada 26 Desember 201Rombongan yang dipimpin KH. Ghazali Mukri itu membawa lebih dari 100 jamaah umrah asar Yogyakarta, Balikpapan, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DKI Jakarta. Alhamdulillah seluruh jamaah berhasil melaksanakan prosesi ibadah umrah dengan tertib dan khusyu'.

Kota Mekah, yang di dalamnya terdapat Ka'bah, adalah kota yang secara jelas dinyatakan dalam Al Qur'an sebagai kota yang diberkahi, "Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Mekah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia" (QS. Ali 'Imran : ayat: 96). Maka mengunjungi atau ziyarah ke kota yang diberkahi adalah sebuah wisata ruhani yang akan menguatkan iman dan meningkatkan kedekatan kepada Allah.

Faktor Niat

Keberhasilan dan kemabruran ibadah umrah, sangat ditentukan oleh faktor niat. Hendaknya benar-benar meniatkan perjalanan umrah untuk ibadah kepada Allah. Niatkan dengan ikhlas, bahwa ini adalah perjalanan full ibadah, bertamu ke baitullah, bertamu ke rumah Nabi, mengikuti sunnah Nabi Saw. Dengan niat yang lurus, akan membawa jama'ah kepada kesungguhan dalam menjalani semua prosesi sejak proses berangkat ke tanah suci hingga kembali ke tanah air. Allah berfirman:

"Dan sempurnakanlah ibadah haji dan `umrah karena Allah" (QS. Al Baqarah : 196).

Jika niat awalnya sudah tidak fokus ibadah, akan banyak halangan dan godaan di sepanjang perjalanan. Ada yang niatnya untuk mencari barang-barang tertentu, sejak yang bernilai mistis, bernilai bisnis, sampai yang sekedar bernilai suvenir untuk oleh-oleh, bukti telah sampai Mekah dan Medinah untuk keluarga dan tetangga. Apalagi jika niatnya narsis, maka menjadi tidak fokus dan tidak menikmati ibadah. Lebih fokus kepada peralatan potografi, smartphone, tongsis dan peralatan lainnya.

Faktor Ilmu

Keberhasilan dan kemabruran ibadah umrah, juga ditentukan oleh faktor ilmu. Hendaknya berbekal ilmu yang memadai tentang fiqih umrah, sehingga mengetahui mana yang benar-benar kewajiban untuk dilaksanakan selama di tanah suci, mana yang benar-benar menjadi tuntunan sunnah Nabi Saw dalam umrah, dan mana yang bukan sunnah Nabi Saw. Tanpa berbekal ilmu, berpeluang melakukan banyak kesalahan dan improvisasi dalam pelaksanaan ibadah umrah.

Contohnya : di Ka'bah kita menyaksikan banyak orang menempel ke dinding Ka'bah, memegang dan mengusap-usap kain penutup Ka'bah, sampai berebut dan berlama-lama melakukan hal tersebut. Demikian pula banyak orang yang berjubel di sekitar maqam Ibrahim, memegang dan mengusap-usap maqam Ibrahim. Padahal tidak ada tuntunan dari sunnah Nabi Saw untuk melakukan hal-hal seperti itu.

Di sinilah pentingnya setiap jama'ah umrah mendapatkan pembekalan yang memadai sejak sebelum berangkat ke tanah suci. Biasanya dilakanakan manasik umrah oleh Biro Perjalanan Umrah, lengkap dengan praktek thawaf serta sa'i. Pada saat pembekalan inilah, diharapkan jama'ah memahami dengan detail apa yang akan dilaksanakan selama menjalankan ibadah umrah di tanah suci nanti. Hal ini akan menghindari kebingungan, juga menghindari kesalahan serta penyimpangan dalam pelaksanaannya.

Faktor Pembimbing

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline