Lihat ke Halaman Asli

Pablito del Sol

LEVANTATE Y ANDA! Hidup adalah sejarah dalam rangkaian Sabda

Work From Home: Sekelumit Covid 19 di Wajah Tunawisma

Diperbarui: 30 Maret 2020   14:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pablodelsol

Kita sementara menjalani pekan kedua di masa jaga jarak raga (social distancing). Banyak hal yang dapat kita pelajari sekaligus secara langsung dialami sebagai pengalaman eksistensial selama masa yang "tidak biasa" ini. Tawaran positif dalam kampanye #DiRumahAja mengajak seluruh komponen masyarakat menangkal lajunya penyebaran Covid 19. Bagaimana situasi kita masing-masing saat ini? Ada sebagian kita yang saling beradu pandang via jagat maya, karena kita harus di rumah saja demi sesama.

Masing-masing kita harus mampu menjawab apa yang harus kita lakukan ketika di rumah saja sesuai dengan realitas kita. Saya mencoba menyajikan kenyataan bahwa di tengan kepanikan oleh pandemic covid 19, #DiRumahAja membuat kita menjadi enggan untuk keluar dari kompleks kita jika itu bukanlah kondisi urgent dan esensial.

Tentu saja dengan mengindahkan intruksi mengenai cara-cara praktis yang perlu diperhatikan jika harus membongkar tagar di rumah saja. 

Namun, kepanikan yang sudah melampaui titik atau tingkat kewaspadaan membuat sebagian orang enggan untuk membongkar tagar tadi agar bisa ke luar rumah demi tidak menyebarkan "si corona" kepada sesama.

Arahan bahwa sebaiknya kerja dari rumah saja selama masa kuncitara ini menimbulkan banyak pertimbanga, terutama bagi pada pihak yang menggantungkan hidupnya dari upah serabutan.

Tak ayal, situasi yang sama akan terjadi pada para petani yang akan menuai panenan. Mungkin saja timbangan akan semakin bergoncang jika diberlakukannya lockdown serentak dan menyeluruh. Untung bahwa pilihan kita ada pada social distancing dengan wacana akan diberlakukannnnya lockdown per wilayah.

Ketika lockdown harus diberlakukan, stok pangan hendaknyalah cukup tersedia. Tentu ini sudah menjadi target perhatian utama semua orang. 

Bagi para petani di pedesaan, dalam keadaan di mana belum terjadi arus "pulang kampung" para sanak saudara dari kota-kota besar yang sudah terpapar covid 19, situasi aktual mestinya bukanlah menjadi kenyataan yang menyebabkan kepanikan. Benar bahwa virus menyebar dalam senyap, akan tetapi, jelas melalui sebuah medium.  

Sebelum terjadi pandemi covid 19, para petani mengartikan ladangnya sebagai rumah. Ini sebuah kenyataan. Saban hari, pagi-pagi sekali mereka telah berangkat ke ladang dan kadang sebagian orang memilih tidak kembali ke rumah. Mereka menginap di ladang. Ladang adalah "rumah".

Bekerja dari rumah sangat membantu semua orang merenungkan makna terdalam dari rumah. Bagi mereka yang harus bekerja dalam kejaran dan bayangan tingkat mobilitas yang tinggi, dengan jarak tempuh yang jauh, serta tingkat beban kerja yang besar, rumah kadang hanya menjadi tempat menutup mata melepaskan malam yang singkat karena harus bertarung lagi mengejar waktu kerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline