Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

[Esai Foto] Ibuku, Wanita Tangguh Pencerah "Mendungnya" Harga Kopi dan Gula Aren

Diperbarui: 21 April 2021   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibuku, wanita yang dengan tangguhnya menggenggam buah kopi. Dokpri

"Dalam tangan anaklah terletak masa depan dan dalam tangan ibulah tergenggam anak yang merupakan masa depan itu." R.A Kartini.

Hari ini kita duduk di tanggal 21 April 2021, yaitu momentum untuk meneladan wanita tangguh R.A Kartini. Berkisah tentang wanita tangguh, aku selalu ingat dengan Ibuku.

Genggaman tangan beliau kepada kopi yang memerah telah menjadi pencerahku. Ada masa depan di sebalik merekahnya kopi, biarpun harganya terus "mendung".

Ibuku menggendong beronang untuk mengangkut kopi basah dari batangnya. Dokpri

Tahun 2010 lalu harga biji kopi kering sudah tembus Rp20.000/kg, sedangkan Ramadan kali ini malah Rp17.000/kg. Sungguh harga yang absurd, padahal beronang yang Ibuku gunakan untuk mengangkut kopi basah sudah semakin besar.

Ibuku, wanita tangguh pencerah di tengah "mendungnya" harga gula aren. Dokpri

Ia tak surut asa dengan harga gula aren yang enggan terpengaruh oleh krisis. Ketika cabai rawit menyentuh harga Rp150.000/kg, gula aren masih mendung di angka Rp16.000/kg.

Ibuku, wanita tangguh penerjang pedihnya asap perapian gula aren. Dokpri

Tambah lagi dengan pedihnya asap perapian dapur gula aren. Itu pula tidak menjamin hasil, karena selalu ada masa di mana gula aren ada yang ngaret alias gagal kering.

Dear Ibu, engkau sudah dan selalu menjadi pencerah masa depanku dan adik-adikku.

RAMI RASO di Hotel Cordela Inn Bengkulu. Berjarak 2,5 Jam dari Rumahku. Dokpri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline