Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

PJJ, Bukti Digitalisasi Pendidikan Semestinya Bukan Sekadar Teori

Diperbarui: 7 Mei 2022   22:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi siswa melaksanakan PJJ di tengah harapan digitalisasi pendidikan. Foto: KOMPAS/Garry Lotulung

Memasuki 9 bulan belajar di tengah pandemi, setidaknya ada 5 kata kunci yang bisa kita ambil untuk mewakili sistem Pembelajaran Jarak Jauh hingga hari ini. Ada "kebosanan", "tugas maha berat", "kuota belajar", "kesenjangan" dan "adaptasi".

Kelihatannya keywords yang telah disebutkan lebih mengarah kepada dampak negatif PJJ, ya? Agaknya demikian. Semakin lama kegiatan belajar dari rumah dilaksanakan, perlahan, semakin tampak pula "aib" pendidikan yang menyebabkan wajah pendidikan Indonesia cenderung muram.

Pada dasarnya hal ini tidak bisa kita mungkiri. Walaupun istilah PJJ sebenarnya bukanlah hal yang baru secara khusus, tetap saja para pelaku pendidikan harus berjuang keras dalam hal adaptasi.

Terang saja, mengakrabkan diri dengan teknologi itu bukanlah hal yang mudah bagi para guru dan orang tua yang sejatinya "telah berumur". Mereka dulunya lahir bahkan tumbuh dewasa bersama teknologi pada zamannya, katakanlah seperti radio berbaterai, televisi, hingga HP seluler.

Berbeda dengan anak-anak kita atau bahkan para guru muda hari ini. Anak-anak yang sejatinya telah berteduh di bawah kategori generasi Z dan generasi Alpha sejak lahir sudah akrab dengan teknologi dan digitalisasi. Begitu pula dengan guru kekinian, yang syahdan dijuluki guru abad 21. (Baca juga: 9 Kompetensi Pembelajar Abad 21)

PJJ Membuka Tirai Kesenjangan Pendidikan Indonesia

Semua orang berhak berbicara dan menebar harapan yang besar dalam mewujudkan digitalisasi pendidikan, termasuklah Mas Mendikbud Nadiem Makarim sendiri. Barangkali kita punya harapan yang cukup besar dengan Sang Menteri muda yang visioner ini.

Terlebih lagi dengan ditetapkannya program digitalisasi sekolah sebagai salah satu program prioritas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di tahun 2021.

Kemendikbud menerangkan bahwa digitalisasi sekolah yang dimaksud tidak sekadar pengadaan alat elektronik, melainkan juga menghadirkan suatu platform di mana para guru bisa dengan mudah mengunduh kurikulum dan memilih kurikulum dalam bentuk modul.

Syahdan, baru-baru ini Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud, Jumeri menuturkan bahwa untuk tahun depan anggaran digitalisasi sekolah mencapai Rp3 triliun yang difokuskan untuk beli laptop.

Terang terlihat bahwa ini adalah harapan. Kalau boleh kita bilang, kalau tidak ada PJJ, mungkin program penambahan anggaran untuk sekolah 3T belum tentu jadi prioritas.

Bagaimana tidak, di era pendidikan sebelum pandemi tiba, hubungan antara teknologi dengan proses belajar-mengajar tidak begitu akrab. Kedekatan antara teknologi dan pendidikan masih sebatas teori yang tertuang dalam sebuah mata kuliah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline