Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

Hardiknas 2020, Membalut Kembali Luka Wajah Pendidikan yang Sudah "Ditampar" oleh Covid-19

Diperbarui: 3 Mei 2020   09:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dari Kemendikbud

Agaknya tahun 2020 merupakan periode yang cukup suram bagi dunia pendidikan Indonesia. Dimulai dari bencana banjir awal tahun, kemudian muncul bertubi-tubi kasus sedih seperti perundungan terhadap siswa, kekerasan seksual, hingga kisah pilu SMPN 1 Turi.

Tambah lagi dengan kehadiran Covid-19, rasanya semakin terbongkar saja ketimpangan pendidikan kita hari ini. Cukup cocok untuk digaungkan sebagai tema utama di Hari Pendidikan Nasional 2020.

Terang saja, semenjak pagebluk ini singgah di bumi Pertiwi, kesiapan pendidikan kita begitu terasa sedang diuji. Niat dan harapan digitalisasi seakan diterpa badai pesimistis, imbas dari ketidak-kuasaan negeri menggelar pembelajaran daring.

Bagaimana mau kuasa jika kalimat indah "tiap-tiap orang berhak atas pendidikan" malah diubah menjadi pernyataan timpang bernada "sebagian daerah bersinyal internet saja yang berhak atas pendidikan."

Buktinya? Setiap daerah menjalani pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan kemampuan mereka. Yang mampu daring, silahkan. Yang hanya mampu nonton TVRI, lanjutkan. Sedangkan yang tidak mampu daring maupun nonton TVRI paling-paling hanya mendambakan.

Dari ketimpangan-ketimpangan inilah akhirnya kita sadar bahwasannya wajah pendidikan kita sebenarnya sudah ditampar 3 kali. Sakitnya, keberadaan Covid-19 semakin menjelaskan "memar merah" dari hak segala rakyat.

Tamparan 1: Bobroknya Karakter

Apa kabar karakter generasi penerus bangsa hari ini?

Seperti penyampaian di awal tadi, agaknya karakter pelajar di tahun ini begitu tampak bobroknya. Kita cukup bingung mau menyandarkan karakter ini dengan hal apa. Soalnya, kalau disandarkan kepada nilai pelajaran PKN atau Agama, nilai tinggi tidak ekuivalen dengan adab.

Padahal, adab adalah bagian penting dari karakter. Jika kita ibaratkan karakter itu adalah langit terang, maka adab bisa diumpamakan sebagai terbitnya matahari. Maknanya, jika adab tak kunjung terbit, maka langit cerah alias karakter tidak akan mampu menerangi.

Padahal saya mengira bahwa kehadiran Covid-19 sebagai ujian di bumi Indonesia akan mengurangi tamparan telak terhadap wajah pendidikan. Tapi nyatanya, malah sama saja. Salah satu buktinya adalah pelajar SMA yang melakukan kegiatan unfaedah di medsos pada April lalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline