Lihat ke Halaman Asli

Yulius Roma Patandean

TERVERIFIKASI

English Teacher (I am proud to be an educator)

Tradisi Massiara di Hari Raya Idul Fitri

Diperbarui: 11 April 2024   11:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersama keluarga "Massiara" ke rumah kerabat. Sumber: dok. pribadi

Idul Fitri adalah hari yang paling dinantikan setiap tahun, bukan hanya oleh warga Muslim saja, melainkan juga bagi non Muslim. Ini adalah hari di mana semua rumpun keluarga bisa bersama-sama lagi dalam sebuah suasana bahagia dan penuh kekeluargaan.

Setiap daerah tentunya memiliki istilah dan bahasa sendiri terkait tradisi di hari lebaran. Meskipun demikian, istilah tersebut berbeda satu sama lain, tetapi tetap memiliki makna yang sama, silaturahmi. 

Warga Duri di Kabupaten Enrekang dan warga Toraja masih memelihara satu tradisi yang dilaksanakan di hari raya Idul Fitri. Tradisi ini dikenal dengan nama "Massiara." Entah dari mana asal muasal istilah ini, akan tetapi sudah menjadi tradisi turun-temurun. 

Sumber: dok. pribadi

"Male massiara atau tamale massiara" adalah ajakan bagi keluarga, kerabat dan tetangga untuk melakukan kunjungan ke rumah handai taulan yang merayakan Idul Fitri. Peserta "massiara" tidak hanya sesama Muslim. Bagi warga non Muslim, istilah ini pun berlaku. 

Inilah yang saya jalankan juga sebagai warna non Muslim yang memiliki keluarga, kerabat, teman dan rekan kerja Muslim. Saya dan keluarga "male massiara" kepada satu sanak famili dan satu rekan kerja di wilayah kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang. 

"Massiara" secara filosofis berarti melakukan silaturahmi, saling memaafkan dan mempererat tali persaudaraan. Bagi warga Muslim, "massiara" langsung dilakukan seusai shalat Ied. Mereka saling berkunjung ke tetangga. Selebihnya, dilakukan setelah menerima tamu yang datang "massiara" di rumah masing-masing. 

Sumber: dok. pribadi

Layaknya tradisi pada hari-hari besar keagamaan lainnya, "massiara" yang telah menjadi istilah khusus bagi warga Muslim di masa lebaran, justru diartikan lebih sederhana oleh anak-anak. Muslim atau bukan, anak-anak yang pergi "massiara" justru mengartikannya sebagai ajang makan-makan, menerima bingkisan lebaran berupa amplop berisi uang 2000 dan 5000 hingga menerima paket kecil berisi minuman ringan dan aneka snack. 

Sehingga "male massiara" bagi anak-anak justru menjadi pemandangan yang unik dan meriah di sekitar wilayah Duri Enrekang dan Toraja. Anak-anak akan bergerombol mengunjungi rumah Muslim satu persatu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline