Lihat ke Halaman Asli

Amir pares

berlatar belakang seorang pencari informasi

Social Distancing Dimanfaatkan Warga Produksi Masker Kain

Diperbarui: 3 April 2020   18:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PAREPARE-Ditengah merebakanya covid-19 di Indonesia, alat kesehatan seperti masker masih menjadi buruan warga dan mengakibatkan kelangkaan di pasaran.hal itu membuat seorang warga di kota Parepare Sulawesi Selatan berinisiatif membuat masker berbahan kain katun kini mulai diserbu pemesan dari berbagai wilayah di indonesia. 

Viviana warga jalan Takkalao kecamatan Soreang Kota Parepare, berisnisiatif membuat masker berbahan kain katun ditengah kelangkaan masker, disebabkan tingginya permintaan dan penggunaan masker sejak merebaknya covid-19 di indonesia, sehingga membuat masker di pasaran menjadi langka dan harganya mahal. Menurut Viviana, awalnya hanya coba-coba membuat masker untuk pribadi dan dibagikan kepada tetangganya secara gratis. 

"awalnya sih, coba-coba, untuk keperluan pribadi juga dibagikan kepada tetangga secara gratis. Tetangga saya bilang kenapa tidak produksi banyak, ini sangat bagus untuk dikembangkan apalagi ditengah kelangkaan masker,"terang Viving sapaan, saat ditemui di sela istirahat usai memproduksi masker.

Karena dianggap positif oleh warga, akhirnya Viviana termotifasi memperbanyak produksi untuk dijual di pasaran dan mempromisikannya melalui media sosial facebook, hingga akhirnya pemesan pun datang dari berbagai daerah di Sulawesi selatan bahkan di luar Sulawesi seperti pulau Jawa dan Jayapura serta beberapa daerah lainnya di Indonesia. Proses pekerjaannya pun sangat sederhana kain katun yang sudah digunting dijahit layaknya bentuk masker pada umumnya kemudian disterilkan dengan menggunakan strika listrik. 

Viviana hanya dibantu oleh seorang suami dan satu orang karyawan.masker buatannya pun terbilang murah satu lembar untuk ukuran anak-anak seharga 3 ribu rupiah per-lembar dan untuk dewasa seharga 3.500 rupiah perl-lembarnya. Hingga kini Viviana mulai kewalahan melayani permintaan pemesan yang jumlahnya mencapai ribuan lembar, karena keterbatasan alat mesin jahit ia hanya bisa memproduksi masker sehari 120 lembar.selain itu ia juga mengaku mulai kesulitan mencari bahan baku yang dipakai untuk membuat masker diduga mengalami kelangkaan dipasaran.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline