Lihat ke Halaman Asli

SANTOSO Mahargono

TERVERIFIKASI

Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Puisi | Kesah Desa pada Hujan

Diperbarui: 2 Desember 2019   10:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mojarto.com

Di kulit pohon yang basah, kutemukan diriku melekat pada ranting-ranting. Tenggorokanku tak lagi kering. Waktu telah mengisi musim dengan seteguk air, sehingga sore itu anak-anak desa tetap bermain bola. 

Anak-anak tetap gembira, tubuhnya penuh lumpur, dan hujan seperti kyusuk membersihkannya kembali. Kutatap tubuhku yang penuh luka bergetah, apakah mungkin anak-anak itu kelak tak lepas dari dosa-dosa? Seperti pendahulu mereka yang tak pernah pulang kembali ke desa? Ayah ibu mereka tak tahu harus berdo'a apalagi, mengapa anak-anak tak rindu desanya kembali. Seperti kesah yang menganga, perih ditikam hujan.

Sampai menjelang petang, nyanyian katak mengundang anak-anak desa untuk tetap rindu pada desanya. Satu persatu nama anak dipanggilnya, meskipun mereka kini telah menjadi tua di kota, tetaplah ayah ibu mereka menunggu di desa. Kuburan-kuburan yang sepi peziarah juga mulai basah. Nisan penuh lumpur, sehingga tak terbaca lagi siapa nama yang tertera.

Seperti tubuhku yang mulai kuyup, apakah mungkin anak-anak itu kelak selalu mendo'akan leluhur mereka, yang membesarkan pribadi tangguh dengan segenap raga desa.

Desa,
Tidurlah saja, anak-anakmu sudah besar. Tinggalah bersamaku, kenangan yang basah, terluka dan penuh lumpur. Obati saja kesahmu, agar perih segera pulih.

MALANG, 30 NOVEMBER 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline