Lihat ke Halaman Asli

"Menyelamatkan Demokrasi"

Diperbarui: 21 Desember 2020   02:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia dipuja sebagai negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara. Percontohan bagi negara lain. Memiliki ideologi Pancasila yang melembaga.Menjadi karakter dan falsafah hidup bangsa.

Keanekaragaman mempesona. Beragam suku, etnis, bahasa, agama dan kepercayaan. Dikelola dan tumbuh atas ide-ide brilyan pendiri bangsa. Sebutlah Soekarno, Hatta, Yamin dan Soepomo. Tokoh besar yang memberikan dedikasi tinggi pada ke-Indonesiaan.

Demokrasi yang dibanggakan kini terancam. Lautan aksi penolakan oleh mahasiswa dan pelajar atas RUU revisi UU KPK, RUU KUHP dan RUU Pertanahan misalnya, menggugat cara hidup berdemokrasi kita.

Bagaimana terdapat proses diam-diam dan tertutup rakyat, bekerja hendak mengesahkan berbagai undang-undang yang sangat penting membatasi kehidupan publik. Partisipasi publik mengalami penurunan. Nyaris bangkrut apabila tidak ada perubahan.

Penurunan Demokrasi

Reformasi 1998 ditebus dengan darah mahasiswa. Melahirkan pemilu demokratis di pasca orde baru.

Harapan bagusnya sistem pemilu kita di awal reformasi, banyak ditiru negara lain. menjadi proyek percontohan demokrasi.

Sangat disayangkan hal di atas tidak bertahan lama, kini setelah melewati beberapa dekade penerapan demokrasi di Indonesia mengalami penurunan signifikan seiring dengan munculnya berbagai permasalahan yang mendera negeri ini.

Mulai dari kasus korupsi yang seolah tiada habisnya dimana diantaranya banyak sekali oknum anggota DPR dan oknum pengurus partai politik terlibat kasus suap dan korupsi tertangkap tangan oleh KPK.

Sehingga membuat publik menangis. Sampai demokrasi dicederai korupsi. belum lagi kasus-kasus penggusuran masih terjadi mengusik naluri Hak Asasi Manusia (HAM), demikian pula dugaan kasus pembakaran hutan yang asapnya menyebrang hingga ke negara tetangga.

Belum lagi pertentangan di publik warisan pemilu 2019. Istilah cebong dan kampret yang mestinya harus dikubur (hidup-hidup kalau bisa), ternyata masih berlanjut meski sinyalnya makin lemah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline