Bayangkan sebuah tempat di mana waktu seakan melambat, alam masih bersuara dengan lantang, dan makhluk purba masih bebas berkeliaran. Itulah Kampung Komodo, sebuah desa kecil yang menjadi gerbang kehidupan bagi salah satu hewan paling ikonik di dunia komodo, si naga raksasa dari Timur Indonesia. Terletak di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, Kampung Komodo bukan sekadar tempat tinggal bagi manusia. Ia adalah tempat di mana manusia dan komodo telah hidup berdampingan selama puluhan, bahkan ratusan tahun. Desa ini menyimpan kisah, budaya, dan harmoni yang tak bisa ditemukan di tempat lain.
1. Hidup Berdampingan dengan Naga
Berjalan menyusuri lorong-lorong di Kampung Komodo, kamu mungkin melihat pagar bambu mengelilingi rumah-rumah warga. Bukan tanpa alasan, pagar ini dibuat untuk menjaga agar komodo tidak mendekat ke rumah penduduk. Meski terlihat biasa saja, namun kehidupan di sini adalah sebuah dinamika antara rasa hormat, kewaspadaan, dan kebiasaan. Warga kampung sudah terbiasa dengan kehadiran komodo. Mereka tahu waktu-waktu di mana komodo biasa berkeliaran, di mana biasanya mereka bersembunyi, dan bagaimana merespons jika tiba-tiba ada komodo di halaman rumah. Bagi mereka, komodo bukan hanya hewan liar, tapi bagian dari ekosistem dan mitos lokal yang harus dihormati.
kampung komodo : 17touragency.com
2. Warisan Leluhur di Tanah Naga
Masyarakat Kampung Komodo berasal dari suku Ata Modo. Bahasa mereka pun unik dan berbeda dari Bahasa Indonesia. Dalam percakapan sehari-hari, mereka masih menggunakan bahasa daerah yang diwariskan dari nenek moyang. Salah satu cerita rakyat yang terkenal adalah legenda "Putri dan Naga", yang menceritakan seorang perempuan yang melahirkan anak manusia dan komodo dari satu rahim. Kisah ini menjadi dasar kepercayaan masyarakat bahwa mereka dan komodo adalah saudara. Oleh karena itu, membunuh komodo adalah dosa besar dan tabu. Kepercayaan ini menciptakan ikatan spiritual antara warga dan hewan purba tersebut. Tak heran, meski hidup dalam risiko, warga tetap menolak keras jika ada yang ingin mengeksploitasi atau merusak habitat komodo.
kampung komodo : 17touragency.com
3. Rumah Adat dan Pola Hidup Tradisional
Rumah-rumah di Kampung Komodo dibangun dari kayu dan beratap rumbia, khas rumah adat Nusa Tenggara Timur. Letaknya pun ditinggikan, dengan alasan keamanan dan ventilasi alami. Saat matahari mulai meninggi, anak-anak akan berlarian di sekitar kampung, bermain dengan ceria, seolah tak terpengaruh oleh status kampung mereka yang dijuluki sebagai "kampung naga". Mayoritas penduduk berprofesi sebagai nelayan, petani rumput laut, dan pemandu wisata. Beberapa di antara mereka juga menjual kerajinan tangan seperti ukiran kayu berbentuk komodo, gelang dari kulit kerang, dan kain tenun lokal. Meski pariwisata makin berkembang, mereka tetap menjaga tradisi dan cara hidup sederhana. Mereka tak pernah meninggalkan akar budaya sebuah pelajaran tentang bagaimana modernitas bisa selaras dengan kearifan lokal.
kampung komodo : 17touragency.com