Lihat ke Halaman Asli

Fauji Yamin

TERVERIFIKASI

Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Nasib Penjual Batu Bacan

Diperbarui: 2 September 2021   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pedagang yang menjajakan dagangan pada salah satu konsumen dari luar daerah.(Dokpri)

"Dulu tenar, sekarang tenggelam"

Kejayaan tak akan kekal. Ia akan runtuh tergerus jaman. Di tengah keruntuhan itu, ada orang-orang yang masih bertaruh nasib dengan harap demi meraup keuntungan dari sisa kejayaan. 

Itupulah yang dirasakan oleh para pedagang batu akik Bacan, di Ternate. Salah satunya Emang. Ia dan kawan-kawan seprofesi harus bersusah payah menjajakan dagangannya dari satu konsumen ke konsumen lain. 

Tidak lagi berlapak. Mereka kebanyakan berbisnis dari rumah. Mulai dari memotong batu, menggosok, memoles hingga menjual. Konsumen kebanyakan datang dari relasi yang ingin memberikan buah tangan kepada tamu dari luar daerah. Atau tamu yang hendak mencari batu akik.

Situasi semakin runyam tengah pandemi ini. Kegiatan perdagangan yang mereka lakukan dihantam ujian berat. Tak jarang, hingga bermingu-minggu, tidak ada satupun yang terjual.

Dulu, tidak begini. Di saat "demam" batu akik melanda, mereka cukup stay di lapak masing-masing. Para pelanggan akan datang dan berburu berbagai batu akik dengan bermacam model.  Dari batu Obi hingga Bacan yang naik daun. 

Semua orang main batu akik. Baik sebagai konsumen atau pedagang. Saya sendiri ikut-ikutan berdagang karena termakan bujuk rayu teman. Juga pada penghasilan yang luar biasa cepat dan fantastis.

Satu mesin penggosok saya beli. Saya ingat harganya 500 ribu saat itu. Amplas, lem, ring dan tentu saja bongkahan batu akik. Di beli dengan harga murah serta mengintimidasi teman-teman yang berdomisili di lokasi penambangan.

Belajar mengoles batu secara otodikak di rumah. Sesekali meminta saran yang sudah profesional Hasilnya tak mirip orang pengoles yang profesional di pasar Gamalama. Tapi dalam sehari bisa meraup 200-400. Atau dua atau tiga cincin terjual. 

Sebuah pendapatan rumahan yang cukup fantastis untuk ukuran penganguran elit waktu itu. Walau terbilang kalah jauh dari pedagang di Pasar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline