Lihat ke Halaman Asli

Nurul Muslimin

TERVERIFIKASI

Orang Biasa yang setia pada proses.

Cerpen: Penjara

Diperbarui: 21 November 2022   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menjkalani hukuman dipenjara. (sumber: freepik.com via kompas.com) 

Mbah Narto (60 th) dijebloskan ke dalam penjara dengan proses pengadilan yang timpang. 

Pria kurus itu diseret ke pengadilan gegara mencuri sebungkus beras di sebuah mini market, demi memberi makan cucunya yang masih kecil. Tanpa daya kekuatan apapun, akhirnya kehidupan di dalam penjara pun ia jalani.

***

Didorong sipir ke dalam penjara, Mbah Narto pun terjatuh.

"Riiieettt,...Jedarrr! " Suara derit pintul penjara yang ditutup dengan keras itu menjadi awal kehidupan Mbah Narto di dalam jeruji besi.

Mbah Narto duduk di pojok ruang penjara termenung ketakutan, dan air matanya pun meleleh di pipinya. 

Pikirannya melayang membayangkan Anto, cucunya yang baru berumur 5 tahun, Cucu satu-satunya yang ditinggal kedua orang tuanya merantau ke kota besar untuk bekerja. Dan kini Anto tinggal berdua bersama neneknya.

Fikiran Mbah Narto berkecamuk. Batinnya merintih, dan perasaannya tercabik-cabik.

"Anto cucuku, bagaimana nasibmu, nak..., makanmu bagimana? Tidurmu bagaimana? Kakekmu sekarang hidup di tempat seperti ini....", rintih Mbah Narto.

"Sudah, nggak usah sedih! Ini semua gara-gara kelakuanmu!," Kata Sipir penjara membentak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline