Lihat ke Halaman Asli

Berdamai dengan Kata "Sempurna"

Diperbarui: 23 Maret 2023   14:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Untuk kita yang dituntut selalau sempurna namun lupa makna..

Untuk diri yang selalu dituntut sempurna dari bayaknya kepala, baik sempurna dalam bidang akademik ataupun non akademik. Sempurna memang boleh tapi dia bisa bermakna memaksa tanpa mau melihat  kadar kemampuan yang dipunya. 

Ada beberapa hal yang bisa memaksa seseorang untuk dituntut sempurna seperti status  dia dalam keluarga atau latar belakang orang tua yang mempunyai nilai baik di banyaknya mata, sampai akhirnya mereka yang dituntut sempurna memiliki rasa beban yang tinggi untuk memenuhi beberapa ekspektasi, dan rela memendam beberapa keadaan yang mereka inginkan yang bisa membuat lebih nyaman dalam setiap lingkaran pilihan. 

Maka akan timbullah rasa khawatir yang berlebihan dalam setiap tindakan dan sedikit demi sedikit akan muncul rasa selalu ingin sendiri sebab mereka takut akan beberapa ekspresi orang lain atau bahan topik yang bisa membuat mereka tidak nyaman.

Sempurna, bukankah seharusnya kita sadar tak ada yang benar-benar sempurna, sebab kesempurnaan hanya dimiliki oleh Allah SWT. ditakutkan ketika manusia di tuntut sempurna dia bisa lupa diri dan semakin jauh kepada Allah SWT.

Lakukanlah kegiatan  apa yang membuat nyaman, dan kita tidak bisa langsung menyalahkan orang lain atas setiap tindakan, sebab beberapa tindakan pasti mempunyai alasan dan tujuan.

Semoga bisa bermanfaat dan bisa menjadi sempurna dengan cara sendiri dan terus berusaha menjadi manusia sempurna hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline