Lihat ke Halaman Asli

Nurul Hidayati

Psychologist

Sudah Tepatkah Pilihan Sekolah untuk Si Kecil? (Catatan Menyongsong Tahun Ajaran Baru)

Diperbarui: 8 Februari 2017   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Melihat tak pernah sama dengan mencermati. Menganalisis tak akan sama dengan mengalami langsung. Indeed, experience is (still) the best teacher afterall.

Wah, sebenarnya kita mau ngebahas apaan sih?

Oke. Tepat tahun ajaran depan, putri kecil saya mulai melangkahkan kakinya di jenjang pendidikan dasar. Sooo…? Hemm, tadinya saya juga berasumsi ini bakalan semudah menjentikkan jari saja. Namuuun… that’s not how the story goes

Selalu Ada Saat Pertama (Untuk Semua Hal)

Apakah masuk Sekolah Dasar (SD) di saat ini memang masih sesederhana itu? Bahwa si kecil kesayangan hendak memulai suatu hal baru, di tempat yang baru? Dan oleh karenanya kita perlu mensupport dia, mengokohkan pijakan kaki mungilnya?

Hmm, saya termasuk yang masih berharap demikian. Karena Kelas 1 SD lah pengalaman pertama si kecil bersekolah formal. Kita semua menginginkan pengalaman pertama yang positif, bukan?

Namun, coba kita lihat realitanya? Tas kecil buah hati kita mendadak menjelma trolly besaaar… Pe-er mendadak bejibuun… Laluu, ke mana perginya ruang kelas berwarna-warni dengan meja kursi nyaman yang cukup sering ditinggalkan penghuninya untuk beraktivitas outdoor itu? Ke mana perginya wajah-wajah ceria anak-anak kita di taman kanak-kanak? Mengapa kini mereka sering berkeluh pegal, capek? Bahkan di usia yang ke-tujuh mereka telah fasih mengatakan “aku sedang stress!”….

Ingatan saya mengembara pada masa kecil saya… Saat itu tiap hari saya bersekolah di SD dekat rumah. Berlari-lari dengan gembira. Tas selempang berisi 2 atau 3 buah buku di dalamnya. Saya berjalan cepat-cepat, bahkan seringkali berlari. Bagi saya, sekolah adalah tempat yang menyenangkan! Tak ada PR? Tentu ada, tapi tidak terlampau memberatkan. Bel berbunyi pukul 9.30, namun saya berangkat lebih pagi. Karena tahu teman-teman sudah menanti untuk bermain bersama. Lompat tali, bekel, benteng-bentengan, gobak sodor! Oh, tidak ada masa seindah itu!

Belajar, Belajar, dan Belajar: Apa Salah?

Oh… don’t get me wrong! Kalau belajar itu diartikan dengan belajar pengetahuan baru, belajar skill baru, belajar bermacam-macam hal, saya 120 % setuju! Kita memang seharusnya demikian. Saya sendiri mewajibkan diri ini menjadi a long life learner!

Namun, coba kita tengok sebentar. Apa yang sedang dilakukan adik-adik berusia belia itu di sekolah? Di beberapa SD (dan saya yakin, jumlah kasusnya jauh lebih banyak dari yang muncul ke permukaan) pada waktu masuk, para buah hati kita sudah menjalani tes / ujian masuk. Bahkan ada yang eksplisit mengistilahkan aktivitas penyaringan ini dengan Tes Potensi Akademik (TPA). Para calon siswa SD itu menjalani screening mengenai kemampuan mereka. Mereka diminta menulis nama lengkap mereka. Dites membaca, menulis, dan berhitung. Kemampuan yang baru wajib mereka pelajari di jenjang Sekolah Dasar, sudah diteskan pada mereka ketika mereka masih berdiri di gerbang. Untuk memulai langkah kaki kecilnya yang pertama di jenjang pendidikan formal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline