Lihat ke Halaman Asli

Test The Hegemoni ala Erdogan: Dari Obama sampai SU-24

Diperbarui: 26 November 2015   14:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Erdogan persilahkan Raja Salman. Dokumen milik bersama Islam.Com"][/caption]Kalau dalam percaturan intelijen ada istilah test the water sebagai wahana untuk melihat potensi sukses atau gagalnya operasi dengan melemparkan hipotesa terhadap objek, formulasi frasa yang hampir mirip yang saya ingin ajukan dalam menggambarkan aksi Erdogan ketika mencegah Obama memasuki pintu konfrensi negara maju G 20 dengan satu tangan kirinya dan dengan tangan kanannya mempersilahkan Presiden Salman dari kerajaan Saudi Arabia untuk mendahului Obama adalah :Test The Hegemoni. Pewaris dari Ottoman ini ingin mengetes seberapa kuat pengaruh Amerika bisa mendikte Turki sekaligus seberapa jauh Turki telah berlari untuk merekover hegemoni pendahulunya untuk diadu dengan kekuatan dunia kontemporer : Sang Paman Sam.

Beberapa media menggambarkan fenomena ini dengan “Obama dipermalukan“ di forum bergengsi dunia ; G 20 Summit di Turki. Kasusnya seperti sangat simple alias sepele saja ; seorang tamu yang mempunyai kewibawaan yang mapan atau “given” dengan kebiasaan protokoler yang dikultuskan tiba tiba semua kemapanan itu direnggut oleh teman sekutunya di Nato (Erdogan dari Turki) kemudian diforward kepada aliansinya di Timur Tengah : Pangeran Salman dari Saudi Arabia.

Dalam pergaulan para remaja kontemporer, kita mengenal istilah “bully” dari akar bahasa Inggris yang belum kita temukan padanan “kata” yang tepat dalam bahasa Indonesia. Menurut Ahli bahasa Susanti dalam definisi bullying, dia menggambarkan fenomena bullying di antaranya adalah penindasan, penggencetan, perpeloncoan, pemalakan, pengucilan, atau intimidasi.

Dalam gambar stratra, bully menggambarkan bentuk tekanan dari kekuatan yang lebih besar kepada yang jauh lebih kecil; Senior ke yunior, Orang Tua kepada anak kecil, Gang Pasar kepada komunitas lemah di sana dsb. Definisi Bulliying yang mensyaratkan “imbalance power” dikuatkan oleh Coloroso (2006: 44-45) dalam bahasa yang lebih vulgar pada dunia kekuasaan adalah adanya hegemonitas yang mutlak harus dimilikinya.

Meski Erdogan tidak bermaksud membully Obama karna syarat superioritas dan hegemonitas yang secara kenegaraan (state) belum dimiliki Turky meski di masa lampau melekat pada nenek moyangnya. Maka bahasa yang mungkin tepat untuk tindakan Erdogan yang mempermalukan Obama di depan publik Internasional ini adalah “to test The Hegemony”.

Erdogan ingin mengetahui secara abstrak psikologis seberapa solid kongkret Turki telah meninggalkan keterpurukan di segala bidang menuju persaingan di percaturan dunia Internasional yang akan diketahui dari pandangan pandangan abstrak pada kewibawaan Turky di mata dunia. Dan itu hanya menjadi nyata ketika diadu kemudian dinilai oleh publik melalui wahana multi medsos yang merenspons peristiwa ini baik langsung maupun tidak langsung.

Meski belum memenuhi syarat untuk membully, Turky pada pada Selasa 24/11/2015 kembali mengetes hegemoni dengan menembak jatuh pesawat Rusia SU-24 yang terbang pada ketinggian 6000 kaki di perbatasan Suriah dan Turki. Kali ini, Turki harus bersiap siap dengan pembalasan serius Rusia yang menurut pengamat militer dari Moskow bisa memicu perang Nuklir antar kekuatan dunia karna di belakang Turki ada Nato jika badan militer dunia ini konsekwen untuk menjalankan pasal “serangan kepada salah satu anggota NATO adalah serangan kepada seluruh, ” maka dapat dipastikan prediksi pengamat militer tersebut bisa benar.

Ternyata dari hal yang simple seperti penyambutan tamu bisa juga latah ke penembakan pesawat... kita lihat saja kelanjutannya.

Nurkholis ghufron




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline