Dalam sejarah bangsa, nama Haji Agus Salim dikenal sebagai tokoh besar; seorang diplomat ulung, pemikir cemerlang, dan ulama yang dihormati.
Namun di balik kiprahnya yang gemilang di pentas nasional dan internasional, ada satu peran penting yang jarang disorot: ia adalah ayah yang luar biasa.
Gaya mendidik anak-anaknya begitu khas, penuh keteladanan, kesederhanaan, serta nilai-nilai luhur yang tetap relevan bagi para orang tua masa kini.
Keteladanan sebagai Inti Pendidikan
Haji Agus Salim percaya bahwa pendidikan anak bukan "dimulai dari perintah, melainkan dari contoh". Dalam keseharian, ia hidup sangat sederhana, bahkan terkadang harus berhemat dalam keadaan serba kekurangan.
Namun, justru di situlah anak-anaknya belajar arti kehidupan; kejujuran, kesabaran, tanggung jawab, dan pengorbanan. Ia tidak menggurui, tetapi menunjukkan langsung bagaimana seharusnya hidup dijalani.
Anak-anaknya tumbuh dalam atmosfer yang penuh makna. Mereka melihat sendiri sang ayah menulis, membaca, berdiskusi, beribadah, hingga menolong sesama. Keteladanan ini melekat dan membentuk karakter anak, jauh lebih kuat dari sekadar nasihat.
Pendidikan Berbasis Nilai dan Spirit Keislaman
Sebagai seorang ulama, Haji Agus Salim menanamkan nilai-nilai Islam secara natural dalam keluarga. Ia tidak memaksa, tetapi menanamkan makna di balik setiap ibadah dan akhlak mulia.
Tauhid, adab, kejujuran, dan rasa malu menjadi fondasi pendidikan. Ia menjelaskan kebaikan tidak hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai kebutuhan hati dan akal sehat.