Lihat ke Halaman Asli

Nuning Sapta Rahayu

TERVERIFIKASI

Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Kado Lebaran dari Langit

Diperbarui: 22 Maret 2025   08:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Rania Berdoa (Sumber: freepok/wirestock)

Hujan rintik membasahi atap rumah kecil di ujung gang sempit. Rania, gadis berusia delapan tahun, duduk bersimpuh di atas sajadah lusuh. Tangannya menangkup erat, bibir mungilnya bergetar melantunkan doa-doa yang ia hapal dari ibunya. 

Di sampingnya, seorang wanita paruh baya, wajahnya letih namun tetap menyunggingkan senyum. Itulah ibunya, Bu Laila, seorang penjual kue kecil-kecilan yang menggantikan peran ayah Rania sejak setahun lalu.

Ayah Rania, Pak Hasan, meninggal dalam kecelakaan saat pulang bekerja. Sejak saat itu, dunia Rania seolah kehilangan warnanya. 

Ramadan tahun lalu, ayahnya masih menuntunnya ke masjid, mengusap kepalanya dengan bangga saat ia berhasil berpuasa penuh. Tahun ini, hanya ada kesunyian.

***

Kesabaran dalam Kekurangan

Bu Laila berjuang sekuat tenaga agar dapur mereka tetap mengepul. Setiap hari ia membuat kue bolu kukus dan menjualnya ke warung-warung. 

Rania sering membantunya, menyusun kue dalam kotak kecil, lalu berjalan dari satu warung ke warung lain untuk menitipkan dagangan. 

Tapi sejak harga bahan naik, laba mereka semakin menipis. Bahkan, membeli baju lebaran pun hanya bisa menjadi angan-angan.

"Bunda, tahun ini Rania nggak perlu baju baru, kok," kata Rania suatu malam, suaranya lirih.

Bu Laila mengusap kepala putrinya dengan lembut. Ada perih yang ia telan sendiri. "InsyaAllah, Nak. Yang penting kita masih bisa makan, masih bisa beribadah. Baju baru bukan yang utama."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline