Lihat ke Halaman Asli

Suprihati

TERVERIFIKASI

Pembelajar alam penyuka cagar

Salin Rupa Undangan Pernikahan, dari "Marah" hingga "Bala Ombyokan"

Diperbarui: 17 Januari 2020   17:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi undangan pernikahan| Sumber Pixabay/mcmike

Pernikahan merupakan tahapan istimewa dalam kehidupan. Sebutan Raja dan Ratu sehari disematkan kepada pasangan yang menikah. Energi khusus dicurahkan untuk menyambut hari bersejarah ini.

Aneka pernak-pernik pernikahan diantaranya adalah undangan. Merunut ke waktu silam, terekam salin rupa undangan pernikahan. Mulai dari era lisan, tertulis hingga digital.

Mengalami menerima undangan pernikahan era "marah" disertai "tonjokan". Lanjut dengan undangan tertulis aneka ukuran pun rancangan yang diantar langsung hingga jasa kurir. Kini sering menerima undangan melalui pesan digital, kadang dalam kemasan "bala ombyokan".

Era Undangan Pernikahan Lisan, "Marah" Disertai "Tonjokan"
Setengah abad yang lalu, undangan pernikahan bersifat personal yang disampaikan secara lisan. Peristiwa pernikahan juga menjadi ranah komunal. Sulit sekali menangkupnya dalam urusan pribadi atau keluarga.

Besok Minggu Legi Bulan Besar, keluarga Besari hendak mantu. Putrinya, gendhuk Ayu Larasati disunting thole Bagus Darmawan. Berita bergulir dan menguar mulai dari Pasar Desa yang ramai setiap hari pasaran Wage.

Menjelang hari H, di rumah calon mempelai putri diadakan acara Kumbakarnan. Semacam rapat dengan formasi lengkap. 

Salah satu yang dibahas adalah daftar undangan dan petugasnya. Kecuali acara yang bersifat climen (undangan diam-diam), daftar undangan akan digelar terbuka. Sangat tidak enak hati kalau ada tetangga yang terlewatkan.

Mulailah kegiatan "marah". Eits, ini bukan marah yang marah-marah. Mana ada keluarga berbahagia dimulai dengan acara berang.

"Marah" adalah kegiatan wara-wara, mewartakan undangan pernikahan kepada yang dituju. Mewara-wara jadilah sebutan "marah". Keluarga yang menyelenggarakan mengutus duta menyampaikan undangan secara langsung. Ada rasa ikatan personal. 

Dirasa kurang elok kalau yang memiliki hajat datang bertandang. Seperti tidak ada keluarga atau utusan saja. Juga berapa banyak waktu yang dihabiskan.

Petugas yang diutus memiliki tipe yang khas. Umur sedang, penampilan rapi sederhana dengan tutur kata yang halus runtut. Luwes sekaligus cekatan. Yah, namanya juga duta utusan dari keluarga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline