Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Salin Rupa Undangan Pernikahan, dari "Marah" hingga "Bala Ombyokan"

16 Januari 2020   21:27 Diperbarui: 17 Januari 2020   17:08 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi undangan pernikahan| Sumber Pixabay/mcmike

Begitupun urutan pembicaraan. Saya menjadi hafal karena suka ikut mendengarkan. Pertama menyampaikan salam. Dilanjutkan dengan tujuan yaitu mewartakan undangan pernikahan. Memohon doa restu dan perkenan hadir. Jawaban tuan rumah akan senada dengan urutan tersebut.

Keistimewaan petugas "marah" adalah berupaya berjumpa langsung dengan yang diundang. Sehingga beliau juga memilih waktu yang tepat semisal sore bakda Ashar atau Magrib. 

Kadang harus datang kembali berkunjung. Saya kecil kadang "nyulihi" kalau orang tua tidak di rumah. "Iya Lik (paman), nanti saya haturkan kepada Bapak".

Nah, bagian ini yang saya suka. Acara "marah" biasanya dibarengi dengan "tonjokan". Lah marah dan tonjokan? Tenang. "Tonjokan" sebutan dari hantaran yang diberikan oleh pengundang kepada calon tetamu yang dimohon doa restunya.

Tenong wadah hantaran atau tonjokan | Sumber: cdninstagram.com
Tenong wadah hantaran atau tonjokan | Sumber: cdninstagram.com
Wujudnya bervariasi tergantung dari kekerabatan dan keeratan hubungan. Sehingga tidak semua undangan dibarengi dengan "tonjokan". Dulu sekali hantaran berwadah tenong, anyaman bambu dengan diameter sekitar 50cm. Isinya nasi ambeng, ingkung ayam, aneka lauk, dan penganan.

Pengadaannya juga mandiri oleh kerabat yang hendak mengundang. Tentu saja dengan bantuan para tetangga. Asap yang membubung tinggi dari dapur layaknya antena penguat warta undangan pernikahan.

Ada kalanya "tonjokan" tidak pakem tenongan. Bergeser menjadi ukuran wadah lebih sederhana yaitu besek hingga rantang bersusun. 

Sebagai anak, saya dan adik-adik, asik nyam-nyam. Ternyata hantaran juga berbanding lurus dengan doa restu dan uba rampe saat menghadiri undangan.

Era Kartu Undangan Pernikahan 
Era berikutnya adalah mulai pudarnya undangan lisan. Luasan geografis penerima undangan menyebar, lah teman kerja berasal dari wilayah berbeda. 

Undangan lisan salin rupa menjadi tulisan. Maraknya bisnis kartu undangan pernikahan.

Kartu undangan menjadi "sulih sarira" alias pengganti kehadiran pengundang. Aneka variasi mulai yang bersifat favorit dan digunakan oleh banyak keluarga pengundang, dengan mengisi nama yang diundang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun