Lihat ke Halaman Asli

Novie Rompis

Mendidik dan mengajar dengan hati

Secara Mandiri Menguasai EYD: Peserta Didik Dilatih Dalam Suara, Pilihan, dan Kepemilikan dari Proses Pembelajaran

Diperbarui: 25 April 2022   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

"Peserta didik adalah pembelajar yang otonom". Artinya, peserta didik dengan kodrat alami yang dimilikinya merupakan pribadi merdeka yang dapat melangsungkan pembelajaran secara mandiri. Ini seharusnya menjadi pegangan setiap pihak yang terlibat dalam proses pendidikan maupun pengajaran. Bahwa setiap pribadi peserta didik dengan keunikannya berhak untuk menentukan apa yang perlu dipelajarinya sendiri dan bagaimana dia mempelajarinya. 

Sekolah sebagai lingkungan belajar peserta didik harus "di-setting" menjadi tempat yang nyaman untuk belajar sekaligus menjadi lingkungan yang mengkondisikan peserta didik berkembang secara positif dalam setiap aspek baik akademik maupun non-akademik, terutama agar peserta didik berkembang dalam hal kepemimpinan.

Guru-guru harus berani mengakui bahwa selama ini kurang memberi ruang bagi peserta didik untuk berkembang sesuai dengan pilihan-pilihan yang dapat dibuat sendiri oleh peserta didik. Ada anggapan yang umum berlaku pada para guru yakni peserta didik nihil pengetahuan dan pemahaman, maka guru harus berperan untuk melakukan transfer pengetahuan dan pemahaman. 

Benar bahwa peserta didik perlu dibantu, namun tidak serta-merta guru sepenuhnya memengang kontrol tentang content sekaligus cara belajar peserta didik. Dengan dalil ingin membantu peserta didik, kebanyakan guru justru terjebak pada ativitas mendikte peserta didik. Akibatnya, peserta didik tidak memiliki ruang yang cukup untuk bersuara, menentukan pilihan serta menjadi pemilik atas keputusan-keputusan yang dibuatnya.

Adalah sebuah kemendesakan untuk melakukan cara baru dalam pendampingan belajar peserta didik. Guru harus menyadari betapa pentingnya untuk mengembangkan kepemimpinan peserta didik demi mewujudkan visi pendidikan Indonesia yakni mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. 

Bahwa guru perlu mengevaluasi cara pikir lama yang berdampak pada praktik pembelajaran. Untuk mengembangkan kepemimpinan murid, guru harus dapat menciptakan kondisi lingkungan yang dapat mendukung suara, pilihan, maupun kepemilikan murid. 

Demikian pula guru harus secara aktif dan kreatif menyusun program-program kegiatan yang berdampak pada perkembangan kepemimpinan murid serta dapat membantu peserta didik berkembang secara utuh. Program-program tersebut dapat bersifat intrakurikuler, kokurikuler, maupuan ekstrakurikuler.

Pada kesempatan ini saya membagikan sebuah aksi nyata yang sudah dibuat berdasarkan keyakinan bahwa perubahan-perubahan radikal pada cara pandang guru juga praktik pembelajaran yang dilangsungkan oleh guru sangat mendesak untuk dilakukan. 

Aksi nyata itu adalah "menguasai Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan" yang biasa disebut EYD. Keprihatinan terhadap kesulitan-kesulitan peserta didik dalam melakukan literasi dasar menjadi titik awal, alasan, dan sekaligus menjadi latar belakang dari aksi nyata ini.

Dokumentasi pribadi

Gagasan awal yang menjadi pijakan yakni pengetahuan dapat dikembangkan dari aktivitas literasi. Namun, pada kenyataannya, aktivitas literasi (dalam bentuk text atau bacaan) tidak berhasil dipahami bahkan sulit mulai dilakukan oleh peserta didik karena minimnya keterampilan berbahasa. Banyak peserta didik kurang memahami ide-ide inti dari bacaan karena gagal paham artikulasi frase, kalimat, paragraf, bahkan artikel secara utuh. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline