Lihat ke Halaman Asli

Novia Respati

TERVERIFIKASI

Wirausaha

Seperti Melawan Waktu, Seharian Mendengarkan Lagu-lagu KLA Project

Diperbarui: 12 Juli 2025   19:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : manajemenartis.com/kla-project

Seharian mendengarkan lagu-lagu KLA Project seperti membuka kembali album usang di dalam kepala. Bukan hanya karena musiknya yang lembut dan aransemen yang rapi, tapi karena setiap lagu seperti punya sihir untuk menggiring kita pada ruang-ruang kenangan yang sudah lama tak disambangi.

Aku berdiri di tepi jendela, menatap hujan yang turun malu-malu, sembari Yogyakarta perlahan memenuhi seisi ruangan. Lagu itu tak pernah gagal membuat getaran dalam dadaku.

Bukan semata karena romantisnya kota itu, tapi karena Yogyakarta adalah nostalgiaku, kenanganku bersama orang-orang tersayang, yang tak lain ialah keluargaku. Lagu itu mengabadikan rasa, yang mungkin tak sempat kuberi nama kala itu.

KLA Project bukan sekadar grup musik. Mereka adalah penjaga mimpi yang dituliskan dalam nada. Terbentuk pada akhir 80-an, grup ini digawangi oleh Katon Bagaskara, Lilo, dan Adi Adrian. Mereka bukan sekadar menyanyikan lagu, tapi mereka menciptakan dunia. Dunia di mana kita bisa bersembunyi sesaat, dari riuhnya hidup.

Seiring lagu Tentang Kita mengalun, kuteringat masa kecilku. Masa ketika dunia terasa lebih mudah. Diriku kecil yang duduk di ruang tamu bersama ayah, mengamati caranya memetik gitar sambil menyanyikan lagu-lagu mereka.

Cinta seumur hidupku~ | dokpri.

Suara Katon yang khas, seperti selimut tipis yang membalut tubuh lelahku hari ini. Lagu itu mengingatkan bahwa dulu, semua terasa lebih indah. Bahwa kebahagiaan pernah sesederhana mendengar lagu, sambil menggambar bunga di ujung buku tulisku.

Namun rasanya ada yang ganjil, ketika Tak Bisa Ke Lain Hati mengisi ruangan. Seperti ada seseorang yang duduk diam di pojok ruang hatiku, menunggu untuk kupeluk, tapi tak pernah benar-benar kuhampiri.

Lagu itu seperti pengakuan paling jujur yang tak pernah berani terucap. Bahwa kadang kita mencintai seseorang dalam diam. Dalam pasrah, dan dalam keterbatasan.

Dan ketika tiba giliran Terpuruk Ku Di Sini, ku merasa lagu itu seperti membaca isi hati yang kusembunyikan rapat-rapat. Ada kalanya kita terjatuh terlalu dalam, sampai tak tahu harus memulai dari mana. Tapi KLA selalu paham bagaimana caranya merangkul, bahkan saat kita tak mampu menyentuh perasaan sendiri.

Namun kemudian, ada jeda hangat saat Menjemput Impian yang mengalun. Lagu itu seperti mengingatkanku bahwa hidup tak hanya tentang luka. Ada impian yang harus terus disambut, meski langkah kita tertatih. Meski banyak hari terasa berat, lagu itu seperti bisikan, "Jangan berhenti sekarang, ini belum waktunya menyerah!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline