Lihat ke Halaman Asli

Kasih Yesus vs Cyberbullying: Melawan Kebencian di Era Digital

Diperbarui: 14 Juli 2025   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

suara yang sering diam dari korban cyberbullying, tapi tetap ada cahaya kasih. (Sumber: Dokpri/Noveriani Telaumbanua)

"Kita tidak bisa mematikan internet, tapi kita bisa menyalakan kasih."

Luka Digital Bernama Cyberbullying

Di era digital ini, teknologi memudahkan kita terhubung, tapi juga membuka ruang bagi kekerasan emosional yang tidak terlihat yaitu: cyberbullying. Cyberbullying adalah bentuk kekerasan psikologis yang dilakukan melalui media digital yang berkomentar menghina, menyebarkan hoax, mengejek fisik, hingga membocorkan data pribadi. Namun, hal ini sering dianggap sepele. Menurut Kominfo (2023), 45% remaja Indonesia mengaku pernah menjadi korban cyberbullying. Luka-luka ini tidak berdarah, tapi nyata dan berdampak panjang terhadap kesehatan mental.

Ketika Dunia Maya Butuh Kasih

Yesus mengajarkan kasih sebagai jalan utama, bahkan ketika berhadapan dengan kebencian. Dalam Matius 5:44, tertulis: "Kasih lah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." Ajaran ini tidak terbatas di gereja atau ruang ibadah. Di dunia maya yang keras, kasih Yesus tetap relevan.

Ada Tiga Cara Melawan Cyberbullying dengan Kasih

Tidak Membalas Kebencian dengan Kebencian: Ketika disakiti secara verbal, kita bisa memilih untuk tidak membalas. Diam bukan berarti kalah, tapi bentuk kekuatan dalam penguasaan diri.

Menjadi Suara Positif: Gunakan media sosial sebagai sarana menyebarkan pesan kasih. Satu komentar baik, satu like pada konten positif, bisa menjadi penguat bagi seseorang yang sedang terluka.

Mengampuni Tanpa Menoleransi: Yesus mengampuni mereka yang menganiaya-Nya. Kita juga bisa mengampuni pelaku, tanpa membenarkan perbuatannya. Mengampuni bukan berarti membiarkan, tapi menolak membalas dengan cara yang sama.

Dunia Maya Butuh Lebih Banyak Cinta

Internet adalah cermin dari hati penggunanya. Jika kita ingin dunia digital lebih ramah, kita harus memulainya dari diri sendiri, dengan cara: Jadilah terang. Jadilah kasih. Jadilah ruang aman bagi sesama, baik lewat tulisan, komentar, atau unggahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline