Di era digital yang serba cepat, khususnya di dunia akademik, seseorang dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir literatif secara kritis. Seorang peneliti, dosen, atau mahasiswa saat ini tidak lagi bisa hanya menyajikan daftar kutipan dari artikel yang berkaitan sebagai bagian dari tinjauan pustaka. Mereka dituntut memiliki metode yang lebih sistematis dan berbasis data.
Systematic Literature Review (SLR) dan bibliometrik merupakan dua metode yang saat ini banyak dibahas dalam forum akademik. Keduanya mengusung paradigma baru dalam mengkaji dan menelaah karya-karya ilmiah.
Menggunakan SLR, seorang akademisi diharuskan membaca dan mengkaji literatur yang relevan dengan sistem dan langkah-langkah tertentu. Proses SLR tidak sekadar mencari referensi yang relevan, lebih dari itu mengorganisasi serta menganalisis setiap temuan dari beragam studi dengan secara komprehensif dan kritis.
Produk review ini tidak sekdar ringkasan, tetapi kebaharuan baru dari kumpulan artikel yang telah dikumpulkan dengan landasan yang kuat untuk mempertahankan argumen pada penelitian lebih lanjut. Sementara itu, bibliometrik muncul sebagai teknik analisis yang memanfaatkan statistik publikasi untuk mengidentifikasi tren-topik, jaringan kolaborasi antarpenulis, atau istilah yang paling umum dibahas dalam satu bidang.
Dengan menggunakan perangkat lunak seperti Publish or Perish, RStudio, VOSviewer atau software visualisasi lainnya, seorang peneliti mampu menciptakan peta literatur yang kaya informasi dalam waktu singkat.
Dunia akademik mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya popularitas SLR dan bibliometrik. Hal ini direspon oleh banyak universitas yang sudah membawa mahasiswa semester akhir ke dalam tahap tesis maupun disertasi dengan menyediakan panduan terstruktur yang dapat memperjelas alur penelitian serta meminimalkan pengulangan kepada topik yang sudah ada di luar sana.
Systematic Literature Review (SLR) memberikan banyak manfaat bagi dosen dalam menjalankan tugas tridharma perguruan tinggi. Melalui SLR, dosen dapat memetakan perkembangan riset terkini secara menyeluruh, sehingga mampu memperbarui materi kuliah dan memperkuat dasar teoritis dalam pengajaran.
Selain itu, SLR membantu mengidentifikasi celah penelitian yang belum banyak dikaji, sehingga memudahkan dosen dalam merancang topik riset yang relevan dan orisinal. Dalam penulisan artikel ilmiah dan proposal hibah, SLR juga menjadi landasan yang kuat untuk menunjukkan urgensi dan kebaruan suatu studi. Bahkan, melalui hasil SLR, dosen dapat menjalin kolaborasi riset dengan peneliti lain yang memiliki fokus serupa.
Meskipun memulai SLR dan bibliometrik memerlukan proses yang lebih lanjut, sejatinya itu tidak sesulit yang dibayangkan. Tahap awal berdasar topik yang lebih spesifik ialah menentukan kata kunci utama yang akan digunakan untuk mencari artikel. Kami bisa melanjutkan dengan mengakses berbagai basis data yang ada baik itu Scopus, SINTA, ataupun Google Scholar untuk mengumpulkan artikel yang relevan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, proses seleksi serta penyaringan akan dilakukan berdasarkan kriteria yang ditentukan secara individual, misal tahun publikasi, jenis metode, atau bahkan konteks penelitian yang digunakan. Jika menggunakan SLR, artikel yang terpilih kemudian dianalisis secara tematik, dan jika menggunakan bibliometrik artikel yang terpilih kemudian dianalisis dengan cara divisualisasikan dalam bentuk jaringan.
SLR dan bibliometrik mempunyai banyak kelebihan, ruang baru dalam menyusun literatur akademik yang dihasilkan juga lahir sebagai produk eksplorasi tanpa batas. Meskipun SLR dan bibliometrik bukan hanya sekedar alat bantu dan strategi ilmiah yang dapat mempercepat pencarian referensi, penguasaan kedua teknik ini akan sangat berguna bagi para akademisi, terutama para dosen, untuk dipublikasi di jurnal bereputasi, atau bagi mahasiswa untuk menyusun tugas akhir, dan para peneliti yang berambisi untuk menghasilkan karya yang berdampak.