Lihat ke Halaman Asli

Adhi Nugroho

Blogger | Author | Analyst

Menguak Sejarah Kota Kembang Sambil Menanti Azan

Diperbarui: 27 Maret 2024   22:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Kembang punya sejarah panjang yang menarik untuk diungkap. Sumber: dokumentasi pribadi.

Tiga puluh hari berpuasa, menahan lapar dan dahaga. Itulah tantangan terbesar umat muslim sepanjang bulan Ramadan. Oleh karenanya, berbagai aktivitas positif dilakoni guna membuat ibadah puasa tidak terasa. Salah satunya dengan membaca.

Pecinta buku pasti sepakat bahwa bulan puasa adalah salah satu momen terbaik untuk menamatkan buku. Usai seharian beraktivitas, sambil ngabuburit menanti waktu berbuka, membaca buku dapat menyegarkan kembali pikiran yang lelah.

Di samping itu, wawasan juga akan bertambah. Kalau tidak percaya, coba saja. Tenggelamkan pikiranmu dalam lembar-lembar halaman buku. Niscaya lika-liku kata-kata yang terpatri di dalamnya akan membuatmu lupa waktu.

Tanpa terasa, tiba-tiba beduk magrib pun tiba. Azan berkumandang menandakan waktu berbuka puasa. Tiga butir kurma dan teh hangat jadi teman berbuka. Menutup buku yang tengah dibaca seraya mengucapkan sampai jumpa esok jua.

Buku setebal apa pun saya jamin akan tamat di bulan puasa. Asalkan kita konsisten dalam membaca. Wawasan terbuka, jendela inspirasi pun menganga. Tinggal pertanyaannya, buku apa yang enak dibaca?

Kalaulah saya boleh berkata jujur, ada satu buku yang saya suka. Barangkali, kamu juga tertarik untuk membacanya. Buku yang saya maksud berjudul Geliat Kota Bandung: Dari Kota Tradisional Menuju Modern karya tim penulis Bank Indonesia.

Geliat Kota Bandung: Dari Kota Tradisional Menuju Modern. Sumber: Bank Indonesia.

Saripati Kota Kembang

Buku setebal 243 halaman ini bercerita soal sejarah Kota Kembang yang sukses bertransformasi, dari kota tradisional menjadi kota modern, lewat sistem perencanaan tata kota yang baik.

Seperti seri buku "sejarah & heritage" terbitan Bank Indonesia Institute lainnya, gaya tutur buku yang berisi tujuh bab ini disajikan dalam kerangka kronologis. Mulai dari pembentukan awal, zaman kolonial dan penjajahan, masa revolusi, hingga era kontemporer.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline