Lihat ke Halaman Asli

Ninoy N Karundeng

TERVERIFIKASI

Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Akhir La Nyalla, Presiden Jokowi Jauhkan Campur Aduk Golkar, Bisnis, dan PSSI

Diperbarui: 1 Juni 2016   09:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

La Nyalla Mattalitti I Sumber Tribunnews.com

Inilah kisah akhir La Nyalla Mattalitti berkat arahan jelas Presiden Jokowi terkait campur aduk Golkar, politik, bisnis, dan PSSI. Tak ada lagi ruang bagi La Nyalla untuk selamat dari bui, sekarang sudah ditahan. Tak ada sama sekali. Sepak terjang campur aduk bisnis dan sepakbola lupa diakhiri. Kisah dan era perampokan APBD untuk kegiatan sepakbola oleh Ketua Umum yang merangkap kepala daeras – dengan segala pertanggungan yang tak jelas – telah berakhir, tapi La Nyalla tetap tidak merasakannya. Hubungan antara bisnis dan sepakbola ingin dinikmati selamanya. Kisah La Nyalla adalah kisah politik, bisnis, dan sedikit PSSI-nya di tengah perubahan yang ditolak oleh status quo.

Mari kita tengok akhir kisah La Nyalla ini sebagai cermin kecil kekuatan perubahan di PSSI dan pembongkaran pembandelan terhadap perubahan kekuatan di Indonesia dengan hati gembira ria riang senang bahagia sambil menertawai La Nyalla ngakak jingkrak-jingkrak koprol menari menyanyi pesta-pora suka-cita dansa karaoke guling-guling menonton La Nyalla akhirnya dicokok dan dimasukkan ke tahanan titipan Kejagung setelah gagal pamer kekuatan selamanya senantiasa.

Sepak terjang La Nyalla luar biasa. La Nyalla adalah Nurdin Halid. La Nyalla adalah kemenangan status quo di PSSI masa lalu yang menekankan PSSI adalah barang tak tersentuh – yang sangat menguntungkan untuk bisnis – dengan Statuta PSSI dan Statuta FIFA yang korup dengan bukti Sepp Blatter, Jerome Valcke, Plattini dan Nurdin Halid adalah koruptor. Semua upaya perubahan di PSSI bahkan masa Djohar Arifin Hussein pun gagal total berbuat meski dibantu oleh orang kuat ekonomi Arifin Panigoro, yang kahirnya Djohar Arifin malah memeluk La Nyalla.

Arahan Presiden Jokowi untuk membenahi PSSI dilawan secara kuat oleh PSSI yang akhirnya selama 1 tahun 6 bulan PSSI dikerdilkan dan ditinggalkan, dan hanya demi agar sepakbola di Asian Games tetap ditandingkan, maka Presiden Jokowi memerintahkan untuk mencabut pembekuan – dengan bayaran reformasi di PSSI yang disetujui secara gentle agreement. Namun yang terjadi adalah bahwa PSSI dengan La Nyalla-nya melihat pencabutan sebagai kekalahan Presiden Jokowi.

Gentle agreement yang tidak dijalankan dan keharusan reformasi sesuai arahan Presiden Jokowi dan pejabat FIFA yang baru melalui Menpora membuat the Operators mencari celah untuk mengarahkan La Nyalla ke perubahan dan reformasi di tubuh otoritas sepakbola Indonesia.

La Nyalla telah dipertunjukkan contoh pendekatan rekonsiliasi Presiden Jokowi terhadap Nurdin Halid dan bahkan Setya Novanto untuk mengikuti arah perubahan dan cukup diingatkan bahwa tak akan ada ruang di PSSI untuk tetap status quo. La Nyalla tetap merasa lebih kuat pengaruhnya daripada kekuatan yang digalang oleh segelintir the Operators.

La Nyalla tidak membaca sama sekali pernyataan Kejati Jatim yang akan mengeluarkan sebanyak apapun sprindik – surat perintah penyidikan – untuk La Nyalla. Faktanya meskipun La Nyalla menang dua kali di pra-peradilan, Kejati Jatim tetap mengeluarkan sprindik. Tak ada ruang bagi La Nyalla untuk lolos dari kasus hasil the most sophisticated and politically motivated legal case yang melibatkan operasi yang sahih, valid dan undeniable secara hukum.

Riak di pra-peradilan hanyalah kekuatan minor sekelas penyanyi karaoke dalam menyanyi dibandingkan lagu dengan suara tenor sekelas Luciano Pavarotti. Para hakim pra-peradilan yang memenangkan La Nyalla dan La Nyalla adalah penyanyi karaoke dibandingkan dengan the Operators yang sangat sederhana dan invisible.

La Nyalla adalah bukti perlawanan yang hebat. La Nyalla akan meniru buronan Djoko S. Tjandra bos Mulia Group. Djoko Tjandra telah menjadi warga negara Papua Nugini (PNG) dan Indonesia dan Singapura tak bisa berbuat apapun. Lah La Nyalla masih WNI dan overstay. Selesai.

Pun La Nyalla lupa bahwa kekuatan La Nyalla di Golkar telah berubah dan mengarah pada upaya rekonsiliasi, pemaafan – termasuk memberi kesempatan tax amnesty bagi banyak trondolo ekonomi – dan upaya membangun negeri dengan cara yang lebih beradab dan tidak kasar, demi Indonesia yang lebih baik.

La Nyalla ingin tetap menunjukkan kekuatan yang tiada tanding, tiada banding, tiada penyetop, sementara kenyataannya manusia trondolo semacam Muhammad Riza Chalid mafia Petral dan migas pun dibungkam – sama halnya Presiden Jokowi membungkam SBY agar menjadi anak TK yang manis dengan cara membiarkan SBY berkoar sesuka hati tapi Presiden Jokowi tak perlu menanggapi. Skak mat dan SBY nggak bisa ndodro.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline