Lihat ke Halaman Asli

Bukan Tiupan Semata

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1369836844292030661

[caption id="attachment_256724" align="aligncenter" width="595" caption="Risma sedang meniup saxophone tenor di Rumah Tiup Yogyakarta"][/caption]

"Hidup itu bermakna dan berwarna" - Risma

Melintas di dekat perempatan Kumetiran, sayup-sayup terdengar suara merdu alat musik tiup. Suara itu membawa langkah kaki memasuki gang sempit menuju ke sebuah rumah kecil di bagian selatan Jalan Kumetiran. Di dalamnya, terlihat seorang lelaki sedang meniup saxophone hasil reparasinya. Rumah Tiup Yogyakarta, sebuah istana bagi pencinta alat musik tiup. Di tempat inilah keinginan untuk sekedar bermain saxophone dan alat musik tiup lainnya menjadi sebuah hal yang tidak harus dinikmati dengan mengeluarkan uang.

Aktor di balik berdirinya Rumah Tiup Yogyakarta adalah seorang pria bernama Aloysius Ardhaseta Rismayudha. Rumah kecil yang kini digunakan sebagai studio dan bengkel alat musik tiup di Jalan Kumetiran Kidul GT II/ 726 itu merupakan peninggalan mendiang neneknya. Setelah sang nenek meninggal, Risma, panggilan akrabnya, memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai akuntan dan mencoba mengabdikan dirinya untuk alat musik tiup. Risma meyakini bahwa dengan Rumah Tiup Yogyakarta ini setiap orang yang datang dapat membawa hal baru saat mereka pulang.

Risma bukanlah pemain baru dalam dunia alat musik tiup. Latar belakang orangtuanya yang sudah terlebih dahulu berkecimpung di dunia alat musik tiup membuat Risma sudah mengenal dan mulai mencintai alat musik tiup sejak kecil. Ayahnya, Anton Prihardianto, adalah seorang seniman saxophone kenamaan yang sudah keluar masuk stasiun televisi. Sedangkan ibunya, Tina terampil dalam hal mereparasi saxophone. Dari ibunya, pria kelahiran 5 Desember 1980 ini mengenal keterampilan mereparasi saxophone. Kini, genap 24 tahun sudah ia mengenal dan mereparasi alat musik tiup dari berbagai jenis dan bentuk.

Sehari-hari, Risma tak pernah sepi dari pekerjaan. Selalu saja ada saja alat musik tiup yang direparasi ayah dua anak ini. Belum selesai satu alat musik direparasi, datang lagi alat musik lain. Disamping kesibukan mereparasi, Risma juga melayani orang-orang yang datang ke Rumah Tiup untuk minta diajari bermain alat musik tiup, membeli alat musik, maupun sekedar nongkrong. Semua itu dijalani Risma dengan senang hati tanpa bersungut-sungut. Bagi Risma, semua hal tersebut telah memberi warna dalam hidupnya. Prinsipnya hanya dua: Lakukanlah hal yang kamu senangi dan sayangilah orang yang dekat denganmu.

Sejak diresmikan pada 16 Juli 2011, Rumah Tiup Yogyakarta mengalami perkembangan pesat. Semakin banyak orang yang mengenal Rumah Tiup Yogyakarta. Semakin banyak pula yang tertarik untuk mempelajari alat musik tiup. Namun, harapan Risma lebih daripada itu. Ia selalu melatih agar orang tidak hanya mampu memainkan alat musik tiup, namun juga mereparasinya sendiri. “Semua berawal dari keberanian mencoba”, ujar seniman alat musik tiup yang memiliki keinginan mendirikan cabang Rumah Tiup di Surabaya ini sembari membetulkan beberapa rangkaian saxophone reparasinya.

, Niko Shendi

Fotografi Jurnalistik Klub, Fisip UAJY




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline